Apa Pemerintah Perlu Kaji Ulang Anggaran Belanja Hanya Karena Konflik Iran-Israel ?

Aksaratimes.com I 21 April 2024 Jakarta – Pemerintah di anggap perlu mengkaji ulang anggaran belanja di tengah konflik antara Israel dan Iran. Pasalnya, dampak konflik ini dapat memengaruhi ekonomi Indonesia, terutama dalam kenaikan harga minyak. Menurut Esther Sri Astuti, Direktur Esekutif INDEF, menekankan pentingnya pemerintah dalam mengatur anggaran yang ada di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan cermat. Hal ini diperlukan untuk menjaga agar ruang fiskal Indonesia tidak menyusut. Menurutnya, anggaran belanja perlu dipertimbangkan ulang agar lebih efektif dan difokuskan pada belanja produktif.

Seperti makan siang gratis itu, saya rasa adalah belanja yang konsumtif, tetapi lebih baik diarahkan ke belanja yang produktif yang bisa men-generate income atau produktifitas dari sektor bisnis dan berdampak jangka panjang,” ujarnya dalam diskusi publik Indef dengan tema Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global, Sabtu (20/4/2024).

Esther menjelaskan bahwa kenaikan harga minyak akan memengaruhi asumsi makroekonomi dalam APBN. “Ini (harga minyak) pasti akan berdampak pada pembengkakan biaya atau anggaran yang ada di APBN. Dengan adanya kenaikan harga minyak ini dikhawatirkan akan ada defisit fiskal 2-3 persen,” tambahnya. Esther berpendapat bahwa dengan mengalokasikan belanja ke sektor yang produktif, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat berkelanjutan dalam jangka panjang.

Read More

Selanjutnya, Esther menyatakan bahwa konflik global pasti akan berdampak pada Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat fundamental ekonominya dengan meningkatkan ekspor atau pendapatan devisa negara. Upaya ini dapat dilakukan dengan memperhatikan sektor pariwisata dan meningkatkan ekspor komoditas non-migas. “Kita harus mengurangi ketergantungan dari pihak luar. Kalau kita semakin tergantung, ketika ada shock sedikit dari global, kita akan lebih rentan,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menilai bahwa pemerintah belum melihat dampak signifikan dari konflik di Timur Tengah terhadap perekonomian Indonesia. “Jadi tentu ini secara geopolitik relatif belum ada apa-apa. Jadi tentu kalau belum ada apa-apa ya kita juga tenang-tenang saja,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa kondisi perekonomian nasional tetap terjaga, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dipertahankan di angka 5,1 persen, melebihi proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,2 persen. Jadi Indonesia masih unggul dalam pertumbuhan ekonomi global, tandasnya. (red)