BRIN Mulai Khawatir Peninggalan Kuno RI Hilang Akibat Keterbatasan Arkeolog

Aksaratimes.com I 8 Juli 2024 Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potensi hilangnya penemuan peninggalan kuno di Indonesia, yang jumlahnya masih melimpah, akibat minimnya jumlah arkeolog di negeri ini.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyatakan bahwa Indonesia saat ini hanya memiliki enam jurusan arkeologi di perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanuddin Makassar, Universitas Indonesia (UI), Universitas Halu Oleo Kendari, dan Universitas Jambi.

“Saat ini kampus yang menyediakan jurusan arkeologi hanya ada enam, baru bisa dihitung dengan dua tangan. Kan menyedihkan, karena Indonesia ini kaya akan peninggalan-peninggalan,” ujar Laksana Tri Handoko pada Kamis (4/7), seperti yang dikutip dari Antara.

Read More

Menurutnya, peninggalan kuno di Indonesia tidak hanya memiliki nilai sejarah nasional, tetapi juga sejarah dunia karena Indonesia merupakan bagian dari peradaban global. Namun, jumlah arkeolog yang terbatas sangat tidak sebanding dengan potensi temuan peninggalan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Laksana menggarisbawahi bahwa keberadaan arkeolog yang kurang memadai mengancam ekskavasi yang tepat waktu dan menyebabkan potensi peninggalan berharga hilang atau rusak sebelum sempat dieksplorasi.

Sebagai respons, BRIN sedang menggalakkan berbagai proyek ekskavasi untuk menemukan dan menjaga peninggalan masa lalu di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat merangsang perguruan tinggi di Indonesia untuk membuka lebih banyak program studi arkeologi.

“Karena kita kan sudah ada platformnya, sehingga mereka tidak perlu bingung, tinggal ikut saja karena cost-nya tinggi, biayanya tinggi untuk bikin ekskavasi itu. Kan kami sudah ada, mereka tinggal nimbrung aja.” tambahnya.

Laksana juga mengungkapkan kolaborasi BRIN dengan universitas di luar negeri, seperti Griffith University dan Southern Cross University Australia, yang berhasil menemukan lukisan gua tertua di Indonesia dengan usia minimal 51.200 tahun. Temuan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mengejar karir sebagai arkeolog di masa mendatang.

“Minimal ITB, Unair, Unpad, Unsri yang bisa didorong, UB, Undip, itu yang bisa didorong,” “Tanpa kalian [arkeolog], kita enggak bisa ngapa-ngapain. Kita enggak bisa biarkan arkeolog habis setelah kalian pensiun. Oleh karena itu kita dorong pembukaan prodi arkeologi, kalau perlu di semua PTN-BH,” ungkapnya, Dengan tambahan universitas lain yang akan membuka jurusan arkeologi, seperti Universitas Andalas, dirinya yakin itu juga akan mampu menciptakan basis baru bagi mahasiswa dan dosen di bidang arkeologi di universitas lainnya. (red)