Curhat Warga China, Prihal Penurunan angka kelahiran, Menolak Punya Anak karena Alasan Kelelahan Kerja dan Mahal Biaya

Aksaratimes.com I 25 Februari 2024 Jakarta – Sejumlah anak muda di China semakin memilih untuk tidak memiliki anak, memilih fokus pada karier dan menghindari beban biaya yang tinggi terkait dengan membesarkan anak. Fenomena ini menjadi salah satu penyebab menurunnya angka kelahiran di China, yang kini dihadapkan pada krisis populasi.

Trend ini terutama terlihat pada Generasi Z, di mana persoalan karier menjadi faktor utama yang memengaruhi pilihan mereka. Krisis finansial, kelelahan setelah bekerja, dan dorongan untuk mengejar kebahagiaan individual menjadi faktor penentu bagi para anak muda tersebut.

“Menabung dan fokus terhadap karier menjadi prioritas saya karena saya sudah merasa lelah sepulang kerja,” ungkap Awen, seorang desainer, khususnya, lebih cenderung mengejar karier dan hidup secara mandiri, mengutamakan kebebasan hidup dibandingkan dengan memiliki keluarga.

Read More

Populasi wanita yang semakin rendah menjadi keprihatinan utama bagi pemerintah China. Wanita di China mencapai 698 juta, dengan persentase penduduk perempuan sekitar 48,99 persen.

Alasan kelahiran yang terus menurun juga mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial. Seorang warga China, Janet Song, menyatakan bahwa keberadaan suami atau anak tidak dianggap sebagai penentu keberhasilan hidupnya. Muncul kampanye periklanan dengan pesan “Hidup untuk diri sendiri,” menarik perhatian konsumen wanita yang lebih muda yang lebih memprioritaskan kepuasan pribadi.

Profesor Yang Hu menyoroti perlunya tindakan dari pemerintah untuk mendorong wanita memiliki anak. Meskipun Presiden Xi Jinping telah mencoba meningkatkan angka kelahiran dengan insentif keuangan dan perbaikan fasilitas penitipan anak, populasi China tetap mengalami penyusutan signifikan, tercatat sebanyak 2.08 juta orang pada tahun 2023.

Pada 15 November, Xi Jinping menandatangani kebijakan yang memperbolehkan pasangan yang salah satunya adalah anak tunggal untuk memiliki dua anak, sebagai upaya tambahan untuk merespons krisis kelahiran di negara tersebut. (red)