Aksaratimes.com I 21 Mei 2024 Jakarta – Krisis populasi menjadi permasalahan serius di Jepang, dengan rendahnya angka pernikahan dan minat pasangan muda untuk memiliki anak menjadi salah satu penyebab utamanya. Profesor Tomoya Mori dari Universitas Kyoto telah melakukan simulasi terhadap situasi kota-kota di Jepang pada tahun 2120, yang menunjukkan bahwa dalam skenario terburuk, sepertiga penduduk diprediksi akan menghilang.
Hal ini didasarkan pada model statistik yang memperhitungkan data dari 50 tahun terakhir serta faktor-faktor seperti penurunan populasi, urbanisasi, dan perubahan biaya transportasi dan komunikasi. Menurut Tomoya, pada tahun 2020, Jepang memiliki 83 kota dengan setidaknya 100 ribu penduduk dan 21 kota dengan setidaknya 500 ribu penduduk. Namun, pada tahun 2120, dengan skenario tingkat kesuburan yang sedang, jumlah kota dengan populasi tersebut diprediksi akan berkurang menjadi 49 dan 11 kota masing-masing.
Dalam skenario terburuk, di mana angka kesuburan berada pada tingkat terendah, hanya 42 kota dengan 100 ribu penduduk dan enam kota dengan 500 ribu penduduk yang akan tersisa. Dengan kata lain, setengah kota di Jepang berpotensi mengalami “eradikasi” dalam 100 tahun ke depan.
“Penurunan ini akan memiliki dampak buruk yang sama atau lebih besar dibandingkan dengan pemanasan global. Karena keahlian saya adalah ekonomi perkotaan, tujuan saya adalah untuk menunjukkan dampak spesifik dari penurunan demografi dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran yang lebih luas,” kata Tomoya.
Tanda-tanda penuaan dan penurunan populasi sudah terlihat jelas di wilayah pedesaan Jepang, seperti di desa Nanmoku, Prefektur Gunma, di mana 67,5 persen penduduknya berusia di atas 65 tahun. Selain itu, jumlah rumah kosong dan terbengkalai juga semakin meningkat. Menurut survei Kementerian Dalam Negeri, pada Oktober tahun lalu, jumlah rumah kosong mencapai 9 juta, meningkat dua kali lipat dari 4,48 juta pada tahun 1993.
Dalam laporan Dewan Strategi Kependudukan, diprediksi bahwa pada tahun 205, sebanyak 744 dari 1.729 kota di Jepang mungkin akan menghilang karena penurunan populasi yang signifikan. Para akademisi dan pemimpin bisnis mengusulkan agar Jepang memiliki target populasi stabil sekitar 80 juta pada tahun 2100 untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, meskipun Tomoya meragukan kemungkinan tercapainya hal tersebut.
Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Jepang memproyeksikan jumlah penduduk Jepang pada tahun 2120 mencapai 71 juta pada tingkat kesuburan tinggi, 50 juta pada tingkat kesuburan sedang, dan 36 juta pada tingkat kesuburan rendah. Tomoya mengungkapkan bahwa angka kelahiran yang rendah dan kurangnya upaya yang efektif untuk mengubah tren ini kemungkinan besar akan membuat jumlah penduduk Jepang jauh di bawah perkiraan.
“Jika jumlah penduduk turun hingga mencapai angka 30 juta, jumlah tersebut hampir sama dengan periode Edo (1603-1868),” katanya. “Beberapa orang mungkin berkata, ‘Baiklah, saat itu segala sesuatunya dapat dikelola, bukan masalah besar.’ Namun jangan lupa bahwa infrastruktur kita saat ini didasarkan pada populasi sekitar 130 juta jiwa,” tandas Tomoya. (red)