Hari Guru Nasional Mendapat Kritik Dari Mantan Aktivis Mahasiswa

AKSARA TIMES,BOJONEGORO – Profesi guru masih sangat mulia dan berwibawa, terlebih lagi di tengah masa pandemi sekarang. Banyak guru dipaksa untuk memahami teknologi informasi (TI), karena itu jadi media satu-satunya pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Hal itu dikatakan Sefi Lefberti Arisanto, SE sebagai kepala sekolah SMA Muhammadiyah 2 Sumberrejo di sela kesibukannya di Hari Guru Nasional ke-75, Rabu (25/1/2020).

Menurutnya, Hari ini adalah momentum evaluasi sebagai guru agar menjadi lebih baik, Guru harus berwibawa, karena tanpa wibawa kita akan tidak bermakna sebagai guru”.

Read More

“Pada saat di depan kita mampu memberikan teladan, ketika kita di tengah kita harus mampu menjadi penggerak, namun ketika kita di belakang kita harus bisa menjadi pendorong penyemangat untuk hal-hal yang dituju”, imbuhnya

Hal serupa di katakan oleh kepala sekolah MTs M 3 Sumberrejo “Guru orang yang sangat berjasa kepada kita oleh karena itu guru harus di hargai dan di hormati dengan mengamalkan semua ilmu dan nasehatnya dan selalu silaturrahmi kepadanya . Tempatkan guru orang sebagaimana orangtua kita”

Pemilik nama lengkap Ahmad Malik, S. Pd ini pun menegaskan bahwa guru tetaplah guru selamnya tidak ada mantan guru.

Namun berbeda dengan sholikhul Anwarudin, dia menegaskan “Hari guru seakan-akan menjadi lecutan semangat kepada guru, bahwa guru adalah kerang yang menghasilkan ratusan mutiara”

“Visi dari kemendibud merdeka belajar akan dapat terwujud dengan mudah ketika guru benar-benar merdeka. Merdeka dalam hal apapun. Kata Merdeka sendiri memiliki arti bebas, bebas bukan berarti sak karepe dewe. Tapi bebas disini adalah, bebas berpikir, bebas berinovasi, bebas dari regulasi yang memberatkan”, pungkas mantan aktivis mahasiswa ini dengan kritikan kepada kemendikbud.
(dalimun)