Aksaratimes.com I 10 Juli 2024 Jakarta – Bulan Juni 2024 mencatat rekor suhu tertinggi global dalam sejarah, mengungguli pencapaian Juni 2023, menurut laporan pemantau iklim Uni Eropa.
Menurut Copernicus Climate Change Service (C3S), setiap bulan sejak Juni 2023 telah melampaui rekor suhu tertinggi, menunjukkan kecenderungan panas global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Direktur layanan tersebut, Carlo Buontempo, menyatakan bahwa fenomena ini tidak sekadar keanehan statistik tetapi mencerminkan perubahan iklim yang signifikan dan berkelanjutan. Ia juga menambahkan bahwa meskipun kejadian ekstrem ini bisa berakhir suatu saat nanti, rekor-rekor baru diprediksi akan terus terpecahkan seiring dengan pemanasan global yang terus berlanjut.
Faktor utama di balik catatan suhu tersebut adalah kontribusi El Nino, yang berdampak pada cuaca panas secara global, menurut Julien Nicolas, seorang ilmuwan senior di C3S. Namun, ia menegaskan bahwa El Nino bukanlah satu-satunya faktor yang berperan dalam fenomena ini.
Pada paruh pertama tahun ini, suhu yang memecahkan rekor melanda berbagai wilayah dari India hingga Amerika Serikat, disertai dengan kebakaran hutan di Yunani dan Kanada serta badai tropis seperti badai Beryl yang mencapai kategori lima di Atlantik, yang merupakan yang paling awal tercatat dalam sejarah.
Selain suhu udara, suhu permukaan laut juga mencatat rekor tertinggi baru di beberapa bagian termasuk Atlantik, Pasifik Utara, dan Samudra Hindia. Nicolas menjelaskan bahwa ini adalah perubahan yang signifikan dan mencolok, karena laut menyerap sebagian besar panas berlebih yang terkait dengan pemanasan iklim.
Meskipun demikian, ada harapan bahwa dunia akan memasuki fase transisi ke La Nina yang bisa membawa efek pendinginan. Nicolas memperkirakan bahwa meskipun demikian, suhu global bisa tetap tinggi jika tren rekor suhu laut terus berlanjut.
Secara keseluruhan, suhu udara global dalam 12 bulan hingga Juni 2024 adalah yang tertinggi dalam sejarah pencatatan data, rata-rata 1,64 derajat Celcius di atas suhu pra-industri, menurut Copernicus. Mereka juga memperkirakan bahwa kemungkinan besar suhu rata-rata tahunan bumi akan melebihi angka 1,5 derajat Celcius selama lima tahun ke depan, dengan probabilitas mencapai 80 persen.
Hal ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh dunia dalam menghadapi pemanasan global yang terus berlanjut, meskipun ada usaha untuk mengatasi dampaknya melalui transisi ke kondisi iklim yang lebih stabil. (red)