Insiden Upaya Penembakan Trump, sampai buat Judul The Boys season 4 di Revisi? apa hubungan nya

Aksaratimes.com I 19 Juli 2024 Jakarta – Episode terakhir dari musim keempat The Boys memutuskan untuk mengubah judulnya setelah terjadi insiden penembakan yang melibatkan Donald Trump, calon presiden AS. Pada Rabu (18/7), Prime Video merilis episode terakhir ini dengan judul baru, yakni ‘Season 4 Finale,’ menggantikan judul sebelumnya yang berjudul “Assassination Run.” Perubahan ini dilakukan untuk menghindari kesan yang sensitif terkait dengan kemiripan tema cerita episode tersebut dengan kejadian nyata penembakan terhadap mantan Presiden Trump.

Episode tersebut awalnya direncanakan dengan judul yang mencerminkan misi pembunuhan, tetapi dalam konteks situasi saat ini, perubahan menjadi suatu keputusan yang sangat penting.

Prime Video juga mengeluarkan pernyataan peringatan kepada penonton bahwa episode tersebut mengandung adegan kekerasan politik fiksi yang bisa mengganggu beberapa penonton, terutama mengingat peristiwa tragis yang baru-baru ini terjadi. Mereka menekankan bahwa The Boys adalah karya fiksi yang ditulis dan diproduksi pada tahun 2023, dan segala kemiripan dengan kejadian nyata adalah kebetulan semata.

Read More

Pernyataan tersebut disampaikan secara jelas oleh Amazon, Prime Video, serta produser The Boys, yang menegaskan penolakan mereka terhadap kekerasan dalam bentuk apapun di dunia nyata. Hal ini disampaikan tidak hanya sebelum penayangan episode terakhir dimulai, tetapi juga diunggah ke media sosial Prime Video untuk memastikan penonton memahami konteksnya.

Cerita episode terakhir musim keempat The Boys menampilkan puncak pertarungan antara The Boys dan Homelander bersama The Seven, dengan tambahan konflik yang melibatkan elit politik selama masa pemilihan presiden AS. Pertarungan ini bahkan melibatkan upaya pembunuhan terhadap Presiden dan Wakil Presiden terpilih, menambah ketegangan dalam alur cerita.

Musim keempat The Boys telah dimulai pada 13 Juni dan berjumlah delapan episode. Episode terakhirnya tayang pada 18 Juli, sementara informasi mengenai musim kelima masih belum diumumkan.

Di sisi lain, kejadian penembakan terhadap Donald Trump terjadi saat ia sedang berkampanye di Butler, Pennsylvania pada Sabtu (13/7). Meskipun Trump mengalami luka tembak pada telinganya, ia berhasil selamat dari insiden tersebut. Sehari setelah kejadian itu, Trump melanjutkan aktivitasnya dengan menghadiri Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee, Wisconsin, yang berlangsung dari 15 hingga 18 Juli.

Pemerograman Prediktif dan Teori Konspirasi yang Menyertainya

Setelah upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada kampanyenya di Butler, Pennsylvania, pada Sabtu, 13 Juli 2024, muncul berbagai teori konspirasi dan misinformasi yang menyebar luas secara online. Thomas Matthew Crooks, seorang pria berusia 20 tahun, diduga menembak Trump dari atap, melukai telinganya dan mengakibatkan satu penonton tewas serta dua lainnya terluka.

Di antara narasi yang paling banyak beredar adalah klaim tentang seorang pria yang disebut sebagai “ekstremis Antifa” bernama Mark Violets, yang diduga sebagai tersangka dalam upaya pembunuhan tersebut. Namun, pria dalam foto yang diposting tidak lain adalah Marco Violi, seorang penulis olahraga Italia yang tidak terkait dengan kejadian tersebut. Violi dengan tegas membantah keterlibatannya dan menjelaskan bahwa pada saat kejadian ia berada di Roma.

Selain itu, juga terjadi kesalahan identifikasi terhadap Maxwell Yearick, yang disalahkan sebagai penembak Trump. Yearick sebenarnya pernah terlibat dalam insiden dengan polisi pada tahun 2016 di Pittsburgh, tetapi tidak ada kaitannya dengan upaya pembunuhan tersebut.

Misinformasi lain yang menyebar adalah gambar yang diubah dari Trump dan agen Dinas Rahasia tersenyum di atas panggung, disajikan sebagai bukti bahwa Trump merencanakan aksi tersebut untuk keuntungannya sendiri dalam pemilihan yang akan datang. Namun, foto asli yang diambil oleh Associated Press menunjukkan bahwa Trump dan Secret Service menunjukkan ekspresi serius, bukan tersenyum.

Teori konspirasi yang paling menonjol adalah tentang “pemrograman prediktif,” yang menyiratkan bahwa peristiwa besar seperti ini telah diramalkan di masa lalu melalui buku, acara TV, atau film. Salah satu contoh yang diberikan adalah gambar palsu dari kartun Trump di dalam peti mati, yang disebut berasal dari serial TV “The Simpsons.” Produser eksekutif acara tersebut, Matt Selman, dengan tegas membantah klaim ini, menyatakan bahwa gambar tersebut tidak pernah muncul dalam acara tersebut dan bahwa membuat prediksi palsu semacam itu sangat mudah untuk menyesatkan orang.

Peristiwa ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat mempercepat penyebaran informasi yang salah dan teori konspirasi setelah peristiwa berita besar, mengingatkan pentingnya untuk memeriksa dan memverifikasi sumber sebelum mempercayai atau membagikan informasi yang tidak pasti.

Teori “pemrograman prediktif” (predictive programming) adalah sebuah konsep dalam dunia teori konspirasi yang menyiratkan bahwa pemerintah atau kelompok-kelompok berkuasa sengaja menyisipkan pesan atau prediksi tentang peristiwa-peristiwa masa depan dalam karya-karya media seperti buku, acara televisi, atau film. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan atau mengendalikan opini publik terhadap peristiwa-peristiwa yang direncanakan atau diatur oleh pihak-pihak tertentu.

Para pendukung teori ini percaya bahwa penempatan pesan atau prediksi ini dapat berfungsi sebagai bentuk kontrol psikologis terhadap masyarakat, membuat mereka lebih menerima atau tidak sadar terhadap agenda tersembunyi yang dijalankan oleh pihak-pihak tertentu. Namun, para kritikus menganggap teori pemrograman prediktif sebagai salah kaprah atau sebuah spekulasi tanpa dasar yang kuat, sering kali mengabaikan bukti-bukti nyata dan memilih untuk mengaitkan kebetulan dengan konspirasi yang tidak terbukti.

Contoh prediktif programing adalah, sesuatu yang di kait-kaitkan sebagai sebuah ramalan, sehingga sebagian pihak dapat menerimanya secara tidak sadar, bahkan bila kejadian tersebut belum terjadi sepenuhnya, dan kalaupun sudah terjadi, mereka sudah tidak kaget lagi, karena kejadian tersebut sudah di prediksikan atau di ramalkan, karena saat publik dapat menerima suatu hal, maka semua kejadian itu dapat di kondisikan atau di sekenariokan untuk dapat terjadi .(red)