Jangan Anggap Remeh, Hilangnya Peredaran Uang Koin Kecil akan Berdampak Inflasi, Deflasi bahkan Stagflasi bagi ekonomi

Aksaratimes.com I 11 Juli 2024 Jakarta – QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard adalah standar pembayaran digital yang memungkinkan transaksi menggunakan kode QR saat ini. Meskipun QRIS telah tersebar luas di berbagai sektor ekonomi di Indonesia serta mengalami peningkatan dalam penggunaan nya, Namun masih ada beberapa aktivitas ekonomi yang belum sepenuhnya tersentuh oleh QRIS, antara lain di antaraya adalah.

Lingkup Pasar Tradisional
Banyak pedagang di pasar tradisional masih menggunakan transaksi tunai sebagai metode utama pembayarannya. Hal itu dikarenakan penggunaan QRIS di pasar tradisional masih terbatas karena belum semua pedagang dapat menerimanya.

Transportasi Umum
Di beberapa kota, meskipun transportasi online seperti ojek dan taksi sudah mengadopsi QRIS, transportasi umum konvensional seperti bus, angkot, dan ojek pangkalan masih banyak yang menggunakan pembayaran tunai.

Read More

Usaha Kecil Menengah (UKM)
Sebagian UKM mungkin belum mengadopsi QRIS karena keterbatasan teknologi atau pengetahuan mengenai sistem pembayaran digital ini. UKM sering kali masih mengandalkan transaksi tunai atau pembayaran non-digital lainnya.

Transaksi Kasual
Beberapa transaksi harian yang dilakukan secara kasual, seperti pembelian dari penjual kaki lima atau jasa harian seperti tukang parkir, sering kali masih menggunakan uang tunai sebagai metode pembayaran utama.

Pembayaran di Daerah Terpencil
Daerah-daerah terpencil atau pedalaman yang memiliki keterbatasan infrastruktur teknologi dan jaringan telekomunikasi mungkin belum sepenuhnya tersentuh oleh QRIS.

Lembaga Pendidikan dan Sosial
Beberapa lembaga pendidikan, yayasan sosial, atau organisasi nirlaba mungkin belum sepenuhnya mengadopsi QRIS dalam mengelola donasi atau biaya keanggotaan karena alasan administratif atau kebiasaan.

Transaksi Besar dan Transaksi Internasional
Meskipun QRIS digunakan secara luas untuk transaksi harian, untuk transaksi besar atau transaksi internasional, mungkin masih lebih umum menggunakan metode pembayaran lain yang dianggap lebih aman atau efisien.

Berikut ini adalah Dampak Ekonomi dari Hilang nya Uang Koin atau Uang Kecil di Pasaran

Hilangnya uang koin kecil bisa memiliki beberapa dampak, meskipun mungkin terlihat remeh, Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi dari hilangnya uang koin atau uang kecil di pasaran.

Uang koin kecil sering digunakan untuk transaksi harian, seperti membayar parkir, ongkos angkutan umum, atau belanja kecil. Jika kehilangan uang koin kecil, seseorang mungkin mengalami kesulitan saat berurusan dengan transaksi yang memerlukan uang koin tersebut dan dapat berdampak pada beberapa hal berikut ini.

Kenaikan Biaya Transaksi
Kekurangan uang koin kecil dapat menyebabkan seseorang harus mendapatkan kembali uang koin dari tempat-tempat seperti toko atau bank, yang mungkin memerlukan waktu dan biaya tambahan untuk melakukan proses penukaran uang.

Mengurangi Fleksibilitas Keuangan
Koin kecil sering digunakan untuk mempermudah pembayaran dalam jumlah kecil atau persis. Hilangnya uang koin kecil dapat mengurangi fleksibilitas dalam manajemen keuangan sehari-hari, karena uang fisik pada umumnya memiliki kuantitas dan nilai mereka sendiri yang tidak tergantikan secara nilai, bukan hanya secara nominal seperti halnya pada transaksi digital QRIS.

Kesulitan Logistik
Di sisi bisnis, hilangnya uang koin kecil dapat menyebabkan kesulitan dalam menyediakan kembalian yang tepat kepada pelanggan, terutama di sektor usaha yang mengandalkan transaksi tunai, sehingga saat uang kecil hilang di pasaran, sering kali toko menggunakan permen atau bentuk barang lainnya sebagai uang kembalian yang sebetulnya itu melanggar hukum.

Efek Psikologis
Meskipun nilainya kecil secara materi, kehilangan uang koin kecil dapat memberikan efek psikologis, seperti frustrasi atau kekhawatiran terkait kehilangan atau ketidakteraturan di dalam keuangan.

Dalam beberapa kasus, hilangnya uang koin kecil juga dapat mengurangi pasokan uang koin di pasaran, yang akan mempengaruhi kebutuhan masyarakat akan uang tunai dalam denominasi kecil. Hal ini berdampak pada pembulatan harga, baik ke atas maupun ke bawah. Pembulatan harga ke atas dapat menyebabkan inflasi pada barang atau jasa, sementara pembulatan ke bawah dapat menyebabkan deflasi.

Peningkatan penggunaan pembayaran digital untuk transaksi kecil juga bisa menjadi hambatan bagi orang yang tidak memiliki akses ke teknologi tersebut, tidak memiliki perangkat yang memadai, atau karena masih belum memiliki rekening bank.

Secara psikologis, masyarakat mungkin mulai merasakan penurunan nilai uang ketika koin kecil tidak lagi digunakan. Misalnya, saat banyak uang koin, parkir cukup membayar 1000 uang koin. Namun, saat uang koin hilang, otomatis uang terkecil dengan nominal 2000 yang akan digunakan, dimana hal itu dapat menyebabkan inflasi pada beberapa sektor, termasuk jasa tukang parkir dalam hal ini.

Konsumen mungkin akan merasa kurang perlu menyimpan atau mengumpulkan uang koin lagi, yang juga dapat mempengaruhi kebiasaan menabung mereka. Pemerintah memang dapat menghemat biaya produksi uang koin yang mungkin lebih mahal dibandingkan nilainya. Namun, hal ini juga akan berdampak pada perubahan peralatan seperti mesin penjual otomatis dan peralatan lainnya yang menerima koin kecil yang kemudian perlu diubah atau disesuaikan kembali.

Itulah juga alasan kenapa Jepang semodern apapun Kemajuan Teknologinya, tidak sampai membuang uang koin mereka sebagai salasatu alat pembayaran walau hanya alternatif, Dalam hal ini Koin kecil yang sudah tidak beredar bisa saja menjadi barang koleksi antik dengan nilai yang lebih tinggi di pasar numismatika karena Uang koin kecil sering kali memiliki nilai sejarah dan budaya yang juga bisa hilang jika itu tidak lagi digunakan.

Dalam mengembangkan adopsi QRIS lebih lanjut, penting untuk terus meningkatkan pemahaman masyarakat, memperluas infrastruktur teknologi, dan meningkatkan kesiapan pedagang serta pelaku usaha kecil untuk menerima pembayaran digital secara lebih luas. Hal ini bertujuan agar ancaman inflasi dan deflasi tidak sampai terjadi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan stagflasi tanpa pertumbuhan ekonomi, bila dalam hal ini peredaran alat pembayaran berkurang sementara migrasi ke sistem pembayaran digital belum sepenuhnya tersentuh.

Secara keseluruhan, hilangnya uang koin kecil dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari, dari perubahan harga barang dan jasa, kebiasaan berbelanja, kebiasaan mengumpulkan uang koin dan menabung, hingga perubahan sistem pembayaran. Adaptasi dan penyesuaian dari masyarakat dan pelaku usaha akan diperlukan untuk menghadapi perubahan ini, yang harus terus dikaji kembali, utamanya dengan menghidupkan kembali uang kecil sebagai pembayaran alternatif. (red-NS)