Aksaratimes.com I 11 Juni 2024 Jakarta – Pada Minggu (9/6/2024), jet tempur Ukraina pertama kalinya berhasil mencapai target di dalam wilayah Rusia. Sumber militer Ukraina memberitahu Sky News bahwa salah satu lokasi komando Rusia terkena serangan di wilayah Belgorod, yang berdekatan dengan perbatasan Ukraina. Meskipun belum diketahui jenis amunisi yang digunakan dalam serangan itu, termasuk apakah menggunakan senjata Barat atau tidak.
Dalam percakapan dengan syarat anonim, seorang sumber militer memberitahu Sky News, “Misi Angkatan Udara Ukraina (UAF) telah menyerang simpul komando Rusia di Belgorod.” sementara “Penilaian kerusakan masih berlangsung, tetapi serangan itu dipastikan sebagai tembakan langsung. Ini amunisi pertama yang ditembakkan melalui udara oleh UAF terhadap target di Rusia,” tambahnya.
Baru-baru ini, Amerika Serikat (AS) dan Perancis memberikan izin kepada angkatan bersenjata Ukraina untuk menggunakan senjata mereka dalam menyerang target-target militer di dalam Rusia, yang merupakan lokasi pasukan Moskwa menyerang tentara Kyiv. Presiden AS Joe Biden menyetujui penggunaan amunisi Amerika oleh Ukraina di Rusia untuk mempertahankan Kota Kharkiv. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron tidak memberikan pernyataan yang spesifik. Dia hanya menyebutkan bahwa Ukraina bebas menentukan cara penggunaan senjata Inggris seperti rudal jelajah Storm Shadow yang dapat ditembakkan oleh jet Ukraina.
Sebelumnya, Ukraina telah melancarkan beberapa serangan drone jarak jauh ke wilayah Rusia. Penggunaan jet tempur untuk menyerang target di dalam Rusia dapat dianggap sebagai eskalasi baru oleh Moskwa. Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pasukan mereka berhasil menembak jatuh sejumlah drone Ukraina di Belgorod, namun tidak jelas apakah hal itu terkait dengan serangan yang sama.
Wakil Menteri Pertahanan Polandia, Cezary Tomczyk, pada Rabu (29/5/2024), menyatakan bahwa Ukraina memiliki kebebasan untuk menggunakan senjata pasokan dari Warsawa. Namun, ia mendesak negara-negara Barat lainnya untuk memberikan izin yang sama dan mencabut pembatasan. Persoalan penggunaan senjata kiriman dari Barat oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia direspons beragam oleh para sekutu Kyiv. Amerika Serikat (AS) khususnya pada awalnya memang menentangnya.
“Tidak ada pembatasan terhadap senjata Polandia yang kami kirim ke Ukraina. Ukraina dapat berperang sesuka mereka,” kata Tomczyk dalam wawancara dengan Radio Zet, yang dikutip dari kantor berita AFP. Ketika ditanya apakah Warsawa melarang Ukraina menggunakan senjata Polandia untuk menyerang wilayah Rusia, Tomczyk menegaskan bahwa Ukraina memiliki hak untuk membela diri dan bertindak sesuai keinginannya. Dia juga menekankan perlunya negara-negara Barat untuk mencabut pembatasan tersebut.
Namun, Tomczyk, yang berasal dari negara anggota NATO dan merupakan salah satu pendukung paling setia Ukraina, mengakui bahwa masalah pembatasan tersebut kompleks tanpa memberikan penjelasan rinci. Sebelumnya, AS pada Selasa (28/5/2024) menolak permintaan Ukraina untuk mengakhiri pembatasan tersebut. “Tidak ada perubahan pada kebijakan kami saat ini,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby. Dia menegaskan bahwa AS tidak mendorong atau mengizinkan penggunaan senjata yang dipasok oleh AS untuk menyerang wilayah Rusia.
Pada hari yang sama, Presiden Perancis, Emmanuel Macron, menyatakan bahwa Ukraina harus diizinkan untuk melumpuhkan pangkalan militer Rusia yang digunakan untuk menembakkan rudal ke Ukraina. Namun, ia menekankan bahwa Ukraina tidak boleh menyerang sasaran lain di Rusia, terutama yang berkaitan dengan warga sipil.
Menyusul komentar Macron, Jerman mengatakan bahwa terdapat aturan penggunaan senjata yang dipasok ke Ukraina yang harus selalu ditaati dalam kerangka hukum internasional. Jerman enggan memberikan izin kepada Ukraina untuk melakukan serangan lintas perbatasan karena khawatir dapat memicu konflik langsung dengan Rusia yang memiliki senjata nuklir. (red)