Ketika Israel Bersumpah dengan Mengancam Balas Semua Negara-Negara yang Akui Palestina, Sama dengan Israel di anggap Mengobarkan Perang pada seluruh Bangsa-bangsa ?

Aksaratimes.com I 24 Mei 2024 Jakarta – Israel bersumpah akan melakukan pembalasan terhadap negara-negara yang mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Ron Prosor, duta besar Israel untuk Jerman, menyatakan bahwa negaranya tidak akan melupakan atau memaafkan negara-negara yang mengakui Palestina setelah serangan Hamas pada Oktober tahun lalu.

Menurut laporan AFP pada Kamis (23/5/2024) sebagaimana dilansir oleh Shafaq News, Prosor menyatakan bahwa negara-negara yang memberikan pengakuan kepada Palestina memberikan dukungan bagi para teroris. Sebelumnya, juru bicara Kanselir Jerman Olaf Scholz, Steffen Hebestreit, menegaskan pemerintah Jerman akan mematuhi surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas dugaan kejahatan perang selama operasi Pedang Besi di Gaza. Hebestreit menjawab, “Tentu saja. Ya, kami mematuhi hukum.”

Prosor juga mengungkapkan kemarahannya di media sosial terkait keputusan Jaksa ICC Karim Khan yang meminta surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu, serta pemimpin Hamas. Ia menyebut keputusan tersebut sebagai sesuatu yang keterlaluan. Sementara itu, Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan distribusi bantuan dan bahan bakar terhambat akibat serangan Israel. PBB mengkhawatirkan kondisi kelaparan yang meluas terus terjadi di Gaza yang saat ini hanya tinggal puing-puing bangunan yang sebagian besar telah hancur.

Read More

PBB mengatakan 1,1 juta orang di Gaza menghadapi tingkat kelaparan yang sangat besar, dan wilayah tersebut berada di ambang kelaparan. Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan Hamas pada Oktober lalu, dengan 250 orang lainnya disandera. Sekitar 35.000 orang tewas dalam perang berikutnya di Gaza.

Ini merupakan situasi kritis yang membutuhkan tanggapan segera dari komunitas internasional untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih parah. (red)