Kisah Para Pendatang yang “Tertahan” di Ruang Observasi Covid-19 Kota Kediri

Kediri (aksaratimes.com) – Novianti (38tahun), warga Kelurahan Balowerti, Kecamatan Kota harus menunda perjalananan selama setengah hari demi menjalani prosedur yang sudah ditetapkan. Sebetulnya ia hanya bepergian dari Surabaya menjeguk anaknya. Ia berangkat dari Surabaya ke Kota Kediri dengan kereta api Dhoho pagi, sabtu (11/04). Perjalanan yang kerap ia lakukan. Namun kali ini, ia “tertahan” beberapa jam untuk menjalani observasi dari Stasiun Kediri dibawa ke Ruang Observasi PSDKU Polinema Kediri Kampus 1.

Ia menempati satu ruang dengan Hanisah (40 tahun), warga Tulungagung yang akan berkunjung ke Kota Kediri. Sebetulnya ia hanya berkunjung sehari saja dan rencananya tidak menginap. Namun Hanifah pun harus menjalani obervasi di PSDKU Polinema Kediri Kampus 1.

“Semua penumpang yang turun dari kereta dan bus, kami lakukan observasi di sini,” kata Nur Khamid, Ketua Tim Terpadu Penanganan Observasi Covid-19. Petugas gabungan Satpol PP, Dishub, Dinkes, dan TNI/Polri menjaga Terminal Tamanan dan Stasiun Kediri untuk mengawasi penumpang yang datang dari luar kota.

Read More

Datang ke Ruang Observasi, penumpang masuk ke bilik sterilisasi kemudian diarahkan petugas untuk cuci tangan. Setelah cuci tangan, masuk ke Ruang Pemeriksaan. Di sana sudah ada petugas berbaju APD yang akan mencatat dan memeriksa kondisi penumpang. Pemeriksaan meliputi suhu tubuh, gejala, dan riwayat perjalanan.

Setelah selesai, penumpang akan masuk ke Ruang Observasi. Menurut Nur Khamid, penumpang akan tinggal di sini selama 1 hari hingga 14 hari sambil menunggu perkembangan. Bila tidak ada gejala dan sehat, bisa melanjutkan perjalanan. Bila ada gejala misalnya demam, batuk, dan tenggorokan sakit akan dirujuk ke Puskesmas dengan diantar mobil petugas.

“Kalau ada keperluan sangat penting dan kondisi sehat, penumpang bisa melanjutkan perjalanan dengan surat keterangan,” tambah Ruqiyati, Kasi Pelaksanaan Kegiatan Observasi.

Selama di Ruang Observasi, petugas menyediakan makanan tiga kali sehari dan juga ruang istirahat ber-AC. Satu ruang terdiri dari 8 orang dengan matras tidur yang tebal dan sprei yang selalu diganti. Total ruang yang tersedia sebanyak 11 ruang.

“Kalau rata-rata 75 orang/hari,” kata Nur Khamid. Sejak Ruang Observasi ini dibuka pada 3 April 2020 sudah mengobservasi 500-an orang. Penumpang tak hanya dari kereta dan bis, tapi juga yang mengendarai kendaraan pribadi. Mereka dengan kesadaran sendiri datang ke Ruang Observasi untuk memeriksakan diri.

Hal menggembirakan selain tumbuhnya kesadaraan, juga tumbuhnya solidaritas warga baik perorangan maupun pengusaha. Baru-baru ini, Ruang Observasi menerima sumbangan 10 lembar matras lengkap dengan sprei dan bantal dari Paradiso, gerai mebel di Kota Kediri.

Selain itu, warga juga menyumbang melalui Satpol PP. Sumbangannya beragam, mulai dari makanan hingga deterjen untuk cuci tangan.