Kediri , Aksara Times.28 November 2020
Rupanya tak hanya di Trunyan, Kediri pun pernah memiliki pemakaman terbuka (open burial) sebagaimana terukir di salah satu relief Gua Selomangleng, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto. Hal ini disampaikan oleh Dwi Cahyono, arkeolog, di Museum Airlangga Kota Kediri, 27-28 November 2020.
Acara ini diadakan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Kediri ini menghadirkan pembicara terdiri dari arkeolog Dwi Cahyono, Novi Bahrul Munib, dan Yusuf Munthaha (videografer film dokumenter).
Menurut penafsiran Dwi Cahyono berdasarkan relief Gua Selomangleng, gua ini merupakan gua buatan (gua buatan) untuk bertapa. Hal ini bisa dilihat dari namanya yaitu selomangleng, berasal dari kata “selo” (batu) dan “leng” (lubang). Ada relief bertuliskan anagram berangka tahun 1353 Saka (1431 Masehi). Sementara itu, ada pula penafsiran bahwa gua itu dibuat tahun 988 tahun saka.
“Relief gua ini dipahat di atas batu breksivulkanik yang sangat keras, lebih keras dari batu andesit. Sebagaimana penafsiran relief yang ada, kemungkinan dipakai lintas generasi ,” kata Dwi. Di relief tersebut terdapat banyak sekali kisah, termasuk adanya peta tentang lanskap yang kini menjadi wilayah Kota Kediri.
Hal yang tak kalah menarik, bahwa Dwi menafsirkan adanya pemakaman terbuka yang terukir di gua ini. “Jadi dulu di sini, ada pemakaman terbuka (open burial) yang ditunjukkan adanya relief tengkorak dan badan yang tinggal rangka di bagian dada. Hanya titiknya ada di mana, kita masih akan observasi,” tambah Dwi.
Dalam hal pengarsipan, Yusuf menyampaikan tantangan dalam membuat video dokumentasi gua yang sangat gelap.
“Saya harus memastikan bahwa gambar yang terekam jelas dan detail, bahkan kalau ada sisi yang gelap pun, saya perjelas siapa tahu ada informasi di sana,” kata Yusuf
Pada hari ke-dua, Dwi menyampaikan materi tentang jambangan batu koleksi museum Airlangga sebagai satu-satunya jambangan batu yang memiliki banyak ukiran yang pernah ditemukan.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan literasi tentang sejarah Gua Selomangleng. Selama ini kami memang belum punya sejarah gua yang detail,” kata Indah Setyowati, Kasie Kepurbakalaan Museum Airlangga.
Hal serupa juga disampikan oleh Nur Muhyar, Kepala Disbudparpora Kota Kediri. Ia berharap dengan adanya informasi yang semakin banyak tentang Gua Selomangleng akan memberikan ilmu pengetahuan untuk generasi yang akan datang.
“Saya harap, setelah Covid-19 saat museum dibuka, lebih banyak anak muda yang berkunjung ke museum dan belajar,” kata Nur Muhyar. (Red -Kris )