Aksaratimes.com | 25 Agustus 2024. Jakarta – Organisasi Kesehatan Duna (WHO) telah mengumumkan bahwa Mpox atau penyakit cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Meski demikian, pengumuman tersebut tidak berarti bahwa Mpox dapat menjadi pandemi seperti COVID-19.
Pada 20 Agustus 2024 lalu, direktur WHO Eropa Hans Kluge telah memberi pernyataan yang meredakan kekhawatiran tersebut. Dalam sebuah konferensi pers, Kluge mengatakan kepada wartawan bahwa Mpox bukan pandemi yang baru seperti COVID-19.
“Mpox bukanlah COVID yang baru. Kami tahu cara mengendalikan mpox dan, di kawasan Eropa, dilakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghilangkan penularannya sama sekali,” tuturnya.
Sebelumnya, Mpox penjadi perhatian besar pada 2022 ketika penyakit itu mulai menyebar di Amerika Serikat dan belahan dunia lainnya. Namun, wabah tersebut bisa diatasi dengan bantuan vaksin Mpox. Infeksi virus pun tetap berada pada tingkat rendah di negara tersebut.
Meski penularan Mpox saat ini terkendali, WHO menyatakan penyakit tersebut sebagai darurat kesehatan global setelah kasus infeksi virus melonjak di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan beberapa negara Afrika lainnya.
Lalu, mengapa Mpox atau dulu dikenal dengan sebutan cacar monyet tidak menjadi pandemi global berikutnya?
WHO mendeklarasikan Mpox sebagai darurat kesehatan global untuk membatasi penyebaran di luar Afrika dan membantu mereka yang saat ini terinfeksi di benua tersebut.
“Munculnya jenis Mpox baru, penyebarannya yang cepat di Kongo bagian timur, dan pelaporan kasus di beberapa negara tetangga sangat mengkhawatirkan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, PhD, dalam sebuah pernyataan.
“Selain wabah penyakit Mpox lainnya di Kongo dan negara-negara lain di Afrika, jelas bahwa respons internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa.”
Membatasi Penyebaran Mpod ke Luar Afrika
Hal tersebut diinilai sebagai peluang membatasi penyebaran Mpox. “Peluang untuk membatasi penyebaran penyakit ini ke benua di luar Afrika,” kata Thomas Russo, MD, profesor dan kepala penyakit menular di Universitas Buffalo di New York, kepada Women’s Health.
Saat ini, hanya ada satu kasus yang dilaporkan di Swedia, dan pejabat kesehatan masyarakat berharap agar kasus ini tetap seperti itu.
“Tentu saja, jika kita menyatukan sumber daya kita untuk membantu negara-negara yang kewalahan menangani kasus-kasus ini, diharapkan hal ini dapat mengurangi penyebarannya,” kata Russo.
Akankah Mpox Berubah Menjadi Pandemi?
Russo tidak khawatir jika hal ini berubah menjadi pandemi seperti COVID-19. “Mpox tidak mudah menular dibandingkan agen yang mampu menyebabkan pandemi,” katanya.
Mpox biasanya ditularkan melalui kontak dekat, termasuk kontak kulit ke kulit dan kontak seksual, jelasnya. Di AS, mereka yang berisiko tinggi terkena mpox diidentifikasi sebagai laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki; beberapa orang dalam kelompok ini telah menerima vaksinasi mpox selama wabah tahun 2022, yang juga membantu membatasi penyebarannya, kata Russo.
Apakah ini akan menyebabkan lockdown lagi?
Russo tidak memperkirakan mpox akan menyebabkan lockdown lagi. Meskipun ada beberapa data yang menunjukkan bahwa mpox dapat ditularkan melalui udara, “hal ini jelas bukan penyebab utama penyebarannya,” kata Russo.
Secara keseluruhan, Russo menyarankan agar masyarakat tidak panik terhadap mpox dulu. “Dunia masih menderita sindrom pandemi COVID pasca-trauma,” tambahnya.
Apakah Mpox Berpotensi Menyebabkan Lockdown?
Russo memperkirakan Mpox tidak anak menyebabkan lockdown lagi. Meskipun ada beberapa data yang menunjukkan bahwa Mpox dapat ditularkan melalui udara.
“Hal ini jelas bukan penyebab utama penyebarannya,” kata Russo.
Secara keseluruhan, Russo menyarankan agar masyarakat tidak terburu panik dalam menghadapi Mpox. “Dunia masih menderita sindrom pandemi COVID pasca-trauma,” tambahnya. (red)
source:Liputan 6