Naik 400 Persen Akibat ‘Nyamuk Bill Gates’: Ini Fakta Viral Melonjaknya kasus DBD di Brasil

Aksaratimes.com I 25 Maret 2024 Jakarta – Informasi yang viral di media sosial menyebutkan bahwa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Brasil meningkat hingga 400 persen sebagai dampak dari program pemberantasan DBD yang didanai oleh Bill Gates. Namun, fakta sebenarnya membantah klaim tersebut.

Menurut laporan dari AFP, juru bicara Oxitec, sebuah perusahaan bioteknologi yang menerima dana dari Gates Foundation untuk mengembangkan dan melepaskan nyamuk, memastikan bahwa nyamuk yang dirilis di Brasil hanya berjenis kelamin jantan dan tidak dapat menggigit manusia. Secara ilmiah, nyamuk tersebut tidak dapat menyebarkan penyakit.

Nyamuk jantan ini memiliki ‘self-limiting gene’, yang membuat keturunannya tidak dapat bertahan hidup hingga dewasa setelah kawin dengan nyamuk betina. Hal ini akan mengurangi populasi nyamuk betina yang mampu menggigit, sehingga mengurangi jumlah penyebaran penyakit.

Read More

Tren DBD di Brasil

Dikutip dari The Telegraph, wabah DBD yang diprediksi akan mencapai rekor tertinggi di Brasil menyebabkan fasilitas kesehatan di kota-kota besar kewalahan. Rumah sakit dan dokter di berbagai wilayah dihadapkan pada lebih dari 1,5 juta kasus DBD.

Di Campinas, sebuah kota sekitar 470 kilometer dari barat laut São Paulo, situasinya sangat mengkhawatirkan. Prof André Ribas Freitas, seorang dokter di ruang gawat darurat di wilayah tersebut, menyebutkan bahwa situasinya bahkan sudah mencapai tingkat kritis saat ini.

Thais dos Santos, seorang penasihat di Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO), menyatakan bahwa epidemi ini memiliki karakteristik unik. “Cara pertumbuhan kurva epidemi di awal tahun benar-benar memprihatinkan, kurva ini berkembang jauh lebih cepat dari yang biasanya kita lihat,” katanya.

Rekor DBD sebelumnya tercatat pada tahun 2023 dengan 4,5 juta kasus dilaporkan. Para ahli epidemiologi memperkirakan jumlah kasus DBD tahun ini akan meningkat dua kali lipat dari jumlah tersebut.

Dr Julio Henrique Rosa Croda, seorang dokter dan profesor di Fakultas Kedokteran UFMS dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Yale, menyebutkan bahwa beberapa rumah sakit, terutama yang berbasis di ibu kota, sudah kewalahan.

“Pasien di tempat-tempat seperti Brasilia menderita, mereka menunggu enam jam untuk dilayani di ibu kota negara dan kita bahkan belum mencapai puncak penyakitnya,” ujarnya.

Perubahan Iklim dan Risiko Penyebaran DBD

Secara historis, kasus demam berdarah terbatas pada wilayah tropis dan subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. Namun, perubahan iklim memungkinkan nyamuk pembawa virus ini berkembang biak di wilayah baru dan menyebarkan demam berdarah.

Para ilmuwan memprediksi bahwa wabah DBD akan menjadi lebih besar dan berkepanjangan, karena kenaikan suhu akibat perubahan iklim memperluas jangkauan geografis nyamuk pembawa demam berdarah.

Menurut kutipan dari Washington Post, hal ini dianggap sebagai peringatan serius bagi dunia. Perjuangan melawan penyakit telah memasuki fase yang berbahaya dan tidak dapat diprediksi. Demam berdarah menyebar ke wilayah-wilayah baru dan meningkatkan jumlah kasusnya ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Para ahli epidemiologi memperingatkan bahwa ini mungkin hanya awal dari masalah yang lebih besar. Dengan perubahan iklim dan pertumbuhan demografi, lebih dari 5 miliar orang berisiko terkena DBD.

Mereka juga menyatakan bahwa di tahun-tahun mendatang, perubahan iklim dapat menyebabkan penyebaran DBD menjadi semakin umum, bahkan menjadi endemik, di sebagian besar wilayah Eropa Selatan dan Amerika Serikat bagian Selatan.

Jadi, Daripada kita sibuk mempertanyakan sudah lebih banyak mana nyamuk betina atau jantan, Lebih baik Mulai Disiplin Terapkan 3M dan 3M+, Sebelum kasus serupa terjadi di banyak daerah, Waspada DBD lebih memerlukan kesadaran bersama, alih-alih tergantung dengan hasil riset dan penelitian namun mengesampingkan kesadaran akan menjaga kesehatan dan kebersihan. (red)