Olimpiade Paris 2024: Kontroversi Pembersihan Jalanan dari Tunawisma dan Migran

Aksaratimes.com I 5 Agustus 2024 Jakarta – Olimpiade 2024 di Paris tidak hanya bertujuan merayakan olahraga, tetapi juga melakukan regenerasi kota. Namun, rencana ini menghadapi tentangan dari para aktivis yang menuduh pihak berwenang memaksa tunawisma dan migran keluar dari jalanan dan memindahkan mereka dari Paris.

Di bawah jembatan yang melintasi kanal di Paris, terdapat balok beton besar, bersudut, dan runcing di bagian atas. Aktivis mengklaim bahwa balok beton ini bertujuan untuk mencegah tunawisma dan migran tinggal di jalanan selama Olimpiade. “Saat ini, tidak ada lagi orang yang turun ke jalan,” kata Aurelia Huot dari kelompok advokasi hukum Paris Solidarity Bar. “Anda dapat melihat blok-blok ini di bawah jembatan. Polisi datang dan melakukan patroli agar para migran tidak kembali dan membangun kembali kamp mereka,” tambahnya sambil menunjuk pada balok beton tersebut.

Sekelompok tunawisma dipindahkan dari lokasi ini sekitar sepekan sebelum upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024. Lokasi tersebut adalah salah satu dari banyak kamp tunawisma yang dibersihkan sebelum pergelaran Olimpiade. Faris Al Khali Youssouf, seorang migran dari Chad, adalah salah satu orang yang terkena dampak. Dia tinggal bersama sekitar 500 orang lainnya di bekas pabrik beton, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari kawasan atlet Olimpiade. Area tersebut dibersihkan oleh polisi antihuru-hara pada April, dan penghuninya diberitahu bahwa mereka akan dipindahkan ke akomodasi sementara di Paris atau kota lain yang jauh seperti Toulouse.

Read More

“Ini adalah mimpi buruk bagi para pengungsi. Ini adalah sesuatu yang saat ini dialami oleh semua rekan kami –mereka dihentikan ketika membeli tiket metro, dihentikan dan dipindahkan ke pusat penahanan. Ada tekanan terhadap pengungsi,” kata Faris. Aktivis Paul Alauzy menjelaskan bahwa pembersihan juga dilakukan di bawah jembatan lain di sepanjang kanal. “Dulu kota ini merupakan kota tenda selama bertahun-tahun tiga tahun sejak ada orang di sini,” ungkap Paul, menunjukkan bekas lokasi berkemah.

Paul bekerja untuk kelompok Le Revers de la Médaille yang mengatakan sekitar 13.000 migran telah dipindahkan dari jalanan Paris menjelang Olimpiade. Ini dianggap sebagai bagian dari strategi yang dipercepat menjelang acara besar tersebut. Pihak berwenang menawarkan akomodasi sementara kepada mereka yang dipindahkan, sering kali di lokasi yang jauh dari Paris. “Ketika Anda mengajak orang turun ke jalan di Paris dan mengirim mereka ke tempat yang sangat jauh di kota-kota kecil, mereka tidak memiliki jaringan solidaritas yang sama,” jelas Paul.

Keluhan serupa juga terdengar pada Olimpiade sebelumnya, seperti di Tokyo dan Rio de Janeiro, di mana tunawisma dipaksa keluar dari lokasi-lokasi tertentu. Meski demikian, pihak berwenang Paris berpendapat bahwa mengeluarkan tunawisma dari jalanan adalah langkah penting untuk meningkatkan kondisi mereka. Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, berharap dapat meninggalkan warisan dalam bentuk perumahan bagi tunawisma sebagai bagian dari persiapan Olimpiade.

Balai Kota Paris menyatakan bahwa masalah tunawisma adalah bagian dari persiapan mereka untuk Olimpiade, dan mereka berkomitmen menyediakan akomodasi bagi yang rentan selama acara berlangsung. Mereka juga menjelaskan bahwa balok beton di bawah jembatan berada di wilayah Aubervilliers, yang menggunakan perangkat jalan untuk mencegah kembalinya migran dan pengguna narkoba. Namun, banyak aktivis masih merasa khawatir. ‘Ini adalah pembersihan sosial,’ kata Paul. “Anda mendorong orang keluar dan mencegah mereka datang kembali dan Anda hanya menyembunyikan penderitaan di bawah karpet karena ini hanyalah solusi jangka pendek,” .(red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *