Aksaratimes.com I 14 Juli 2024 Jakarta – Dalam konteks perbankan, pemahaman M2 merujuk pada istilah “M2” yang merupakan salah satu ukuran uang beredar dalam perekonomian. M2 adalah salah satu indikator penting yang digunakan oleh bank sentral dan lembaga keuangan untuk mengukur likuiditas dan mengelola kebijakan moneter. Berikut adalah elemen-elemen yang termasuk ada didalam M2:
- Uang Kertas dan Koin
Semua uang tunai yang beredar di masyarakat. - Deposito Berjangka
Tabungan di bank yang memiliki jangka waktu tertentu sebelum dapat dicairkan tanpa penalti. - Tabungan
Saldo di rekening tabungan yang dapat diakses oleh pemilik rekening. - Rekening Giro
Saldo di rekening yang dapat digunakan untuk transaksi sehari-hari, seperti rekening koran.
M2 mencakup semua komponen dari M1 (uang kertas dan koin serta rekening giro) ditambah dengan deposito berjangka dan tabungan. Pengukuran M2 memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang jumlah uang yang tersedia dalam perekonomian yang bisa digunakan untuk transaksi atau investasi, dan sering digunakan untuk menganalisis inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan moneter.
Menurut Data BPS, berikut ini adalah Pertumbuhan Uang Kartal dan Uang Giral dari tahun ke tahun :




Transisi Kebiasaan ke Ekonomi Digital Selama Pandemi Covid-19
Selama masa pemulihan dari pandemi Covid-19, terjadi transisi signifikan dari kebiasaan konvensional ke ekonomi digital. Perubahan ini dimulai saat masa lockdown, dengan kebiasaan belanja dan metode pembayaran yang beralih menjadi lebih banyak menggunakan cashless atau non-tunai. Penggunaan e-wallet dan QRIS semakin meningkat dalam transaksi sehari-hari.
Namun, meskipun terdapat peningkatan dalam penggunaan metode pembayaran digital, pemulihan ekonomi sektor riil tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Perekonomian sektor riil semakin melemah, dengan mall besar, pusat perbelanjaan grosir, ruko, dan kios-kios di pinggir jalan ikut terdampak secara ekonomi. Perubahan kebiasaan berbelanja dan metode pembayaran membuat ekonomi sektor riil, yang selama ini menopang perekonomian kelas menengah ke bawah, ikut tergerus perlahan.
Selain itu, serbuan produk-produk impor yang membabi buta dari berbagai jenis turut menggempur perekonomian dalam negeri. Akibatnya, industri-industri lokal yang sebelumnya hanya bertahan kini benar-benar tutup atau terpaksa melakukan PHK untuk efisiensi operasional. Ketidakmampuan pengusaha dalam negeri untuk bersaing semakin memperberat kondisi mereka, yang merupakan imbas dari kebijakan yang salah dan tidak segera diperbaiki.
Saat ini, kondisi ekonomi sektor riil benar-benar terpukul oleh ekonomi digital. Pemerintah masih belum mampu memitigasi risiko dan kelemahan yang muncul dari transisi ini, sehingga dampak negatif terhadap ekonomi riil semakin terasa.
Lalu Kemana Perginya Peredaran Uang yang Terus Bertumbuh saat ini, bila Tidak Berimbas pada Pertumbuhan Ekonomi dalam Negeri dan Mensejahterakan Masyarakat Menengah dan Kecil?
Total Peredaran Uang M2 dari Tahun ke Tahun

Investasi bodong dan investasi yang tidak tepat sasaran dapat memiliki berbagai dampak buruk bagi individu dan ekonomi secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi:
Dampak Buruk dari Investasi Bodong
- Kerugian Finansial
Investor kehilangan uang yang diinvestasikan karena investasi bodong biasanya merupakan penipuan yang dirancang untuk mengambil uang tanpa memberikan imbalan yang dijanjikan. - Kehilangan Kepercayaan
Ketika banyak orang menjadi korban investasi bodong, kepercayaan publik terhadap pasar investasi dan lembaga keuangan bisa menurun. - Masalah Hukum
Investor yang terlibat dalam investasi bodong mungkin terjebak dalam proses hukum yang panjang dan mahal untuk mencoba mendapatkan kembali uang mereka. - Dampak Psikologis
Kerugian besar dari investasi bodong dapat menyebabkan stres, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya. - Efek Berantai
Kerugian yang dialami oleh individu bisa berdampak pada keluarga dan komunitas, mengurangi konsumsi dan investasi lebih lanjut dalam ekonomi juga pertumbuhan nya, baik sektor riil maupun online secara digital.
Dampak Buruk dari Investasi yang Tidak Tepat Sasaran
- Rendahnya Pengembalian Investasi (ROI)
Investasi yang tidak tepat sasaran seringkali menghasilkan pengembalian yang lebih rendah dari yang diharapkan, mengurangi pertumbuhan kekayaan investor. - Kesempatan yang Hilang
Sumber daya yang diinvestasikan dalam proyek yang tidak menguntungkan berarti investor kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan uang mereka dalam proyek yang lebih menguntungkan. - Masalah Likuiditas
Investasi yang tidak tepat sasaran mungkin sulit untuk dicairkan atau dijual, menyebabkan masalah likuiditas bagi investor. - Risiko Keuangan
Investasi yang tidak tepat sasaran bisa meningkatkan risiko keuangan, karena uang diinvestasikan dalam aset yang tidak stabil atau tidak menguntungkan. - Kegagalan Bisnis
Jika investasi tidak tepat sasaran dalam konteks bisnis, ini bisa menyebabkan kegagalan bisnis atau merugikan kinerja perusahaan. - Kesejahteraan Turun
Selain turunnya pertumbuhan ekonomi, Kesalahan pada investasi yang tidak tepat menjadikan perputaran uang stagnan dan tidak berputar di masyaralat, karena bidang usaha yang di investasikan bisa jadi tidak membawa keuntungan dan kesejahteraan pada sektor ekonomi secara langsung, akibat investasi yang tidak tepat ini menjadikan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan, penurunan pendapatan pajak, hingga resesi ekonomi
Untuk menghindari dampak buruk ini, penting bagi investor untuk melakukan due diligence, memahami sepenuhnya investasi yang mereka pilih, dan berkonsultasi dengan profesional keuangan jika diperlukan.
Serangan Judi Online dan Dampak Buruk Judi pada Ekonomi Sektor Riil
Judi memiliki berbagai dampak negatif yang signifikan terhadap ekonomi sektor riil, terutama pada perekonomian kelas menengah dan kecil. Berikut beberapa dampak buruk yang dapat terjadi:
- Pengalihan Dana dari Kegiatan Produktif
Uang yang seharusnya digunakan untuk kegiatan produktif seperti investasi dalam bisnis atau pembelian barang dan jasa dialihkan ke perjudian. Ini mengurangi aliran dana yang masuk ke sektor riil, menghambat pertumbuhan ekonomi lokal. - Penurunan Konsumsi dan Investasi
Ketika individu menghabiskan uang mereka untuk berjudi, mereka memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan pada kebutuhan sehari-hari dan investasi jangka panjang. Ini menyebabkan penurunan dalam konsumsi barang dan jasa serta penurunan investasi di sektor riil. - Peningkatan Beban Sosial dan Ekonomi
Judi sering kali menyebabkan masalah keuangan bagi individu dan keluarga, yang pada gilirannya meningkatkan beban sosial dan ekonomi pada masyarakat. Biaya untuk menangani kecanduan judi, masalah kesehatan mental, dan masalah keuangan keluarga meningkat, mengurangi sumber daya yang tersedia untuk pembangunan ekonomi. - Kebangkrutan Usaha Kecil
Pengeluaran yang berlebihan untuk berjudi dapat mengakibatkan kebangkrutan bagi usaha kecil, terutama jika pemilik usaha atau pelanggan tetap mereka terlibat dalam perjudian. Hal ini menyebabkan penutupan bisnis dan kehilangan lapangan kerja di sektor riil. - Peningkatan Kriminalitas
Judi ilegal atau tidak terkendali sering kali dikaitkan dengan peningkatan aktivitas kriminal, termasuk pencurian, penipuan, dan kekerasan. Ini menambah beban ekonomi pada sektor riil melalui peningkatan biaya keamanan dan penurunan rasa aman dalam masyarakat. - Erosi Nilai Sosial dan Etika
Judi dapat mengikis nilai-nilai sosial dan etika dalam masyarakat, mengurangi kepercayaan antar individu dan bisnis. Ketidakpercayaan ini dapat menghambat kerjasama ekonomi dan merusak jaringan bisnis yang mendukung sektor riil.
Untuk mengatasi dampak buruk judi pada ekonomi sektor riil, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengatur dan mengawasi aktivitas perjudian, meningkatkan kesadaran tentang risiko dan konsekuensi judi, serta menyediakan dukungan dan rehabilitasi bagi mereka yang terkena dampak negatifnya. (red)