Aksaratimes.com I 11 Juni 2024 Jakarta – Meskipun internet satelit seperti Starlink sudah masuk ke Indonesia, Menara Base Transceiver Station (BTS) untuk jaringan seluler masih dianggap penting karena beberapa spesifikasi khususnya.
Menurut Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ridwan Effendi, jaringan terestrial seperti jaringan seluler masih diperlukan terutama untuk daerah yang padat densitas trafik telekomunikasinya. “Jaringan terestrial seperti jaringan selular bisa dipakai untuk daerah yang padat densitas trafik telekomunikasinya. Apalagi fiber optik kecepatannya bisa jauh di atas satelit hingga mencapai ribuan Mbps (megabit per detik), yang tidak mungkin diperoleh sistem satelit,” ujarnya.
Ridwan menegaskan bahwa sistem komunikasi satelit tidak dapat menggantikan keseluruhan sistem komunikasi yang ada saat ini, hanya dapat mendukung beberapa kebutuhan khusus, terutama di daerah dengan densitas penduduk rendah atau tersebar seperti di pelosok.
Namun, internet satelit seperti Starlink dinilai cocok untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah, wilayah non-perkotaan, atau wilayah remote. Meskipun demikian, layanan ini tidak dapat melakukan panggilan telepon biasa dan pesan singkat (SMS).
Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah, menyebut bahwa teknologi internet satelit dibutuhkan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) karena biaya untuk menggelar internet mobile terlalu mahal di daerah tersebut. Namun, wilayah perkotaan yang padat penduduk lebih baik menggunakan internet fiber optik karena memiliki kapasitas yang sangat besar.
Pemerintah Indonesia membuka ruang bagi perusahaan telekomunikasi global dan nasional untuk bersaing di dalam negeri, dengan tujuan memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Namun, regulasi harus menguntungkan Indonesia dan juga melindungi konsumen.
Elon Musk resmi meluncurkan Starlink di Indonesia secara simbolis di salah satu Puskesmas di Denpasar, Bali, namun sebelum melayani pengguna umum, Starlink mulai menjajaki layanan bagi perusahaan (B2B) usai mendapat hak labuh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2022 melalui anak usaha PT Telkom Tbk, PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).
Sementara itu, Menteri Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan pandangannya bahwa kehadiran Starlink dapat mengurangi kebutuhan akan menara BTS.
Menurut Luhut, layanan internet satelit seperti Starlink dapat membantu masyarakat, terutama di daerah terpencil, untuk mendapatkan layanan internet, pendidikan, dan kesehatan yang lebih baik. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada menara Base Transceiver Station (BTS) dan memungkinkan biaya telekomunikasi menjadi lebih murah.
Pemerintah, kata Luhut, memberikan kesempatan bagi perusahaan telekomunikasi global dan nasional untuk bersaing di dalam negeri, dengan tujuan agar masyarakat dapat menikmati layanan yang berkualitas. Menurutnya, persaingan tersebut penting untuk meningkatkan kualitas layanan.
Di sisi lain, Menteri BUMN, Erick Thohir, menekankan perlunya regulasi yang menguntungkan Indonesia dalam persaingan antar penyedia layanan internet. Ia memperingatkan juga bila tanpa regulasi yang tepat, masyarakat bisa terpapar dengan konten negatif seperti perjudian, perdagangan ilegal, pornografi dll.
Starlink, yang secara simbolis diluncurkan oleh Elon Musk di Indonesia, diharapkan dapat membawa manfaat positif bagi masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil.(red)