Aksaratimes.com I 1 Agustus 2024 Jakarta – Artificial Intelligence (AI) sering dianggap sebagai alat yang dapat mempermudah pekerjaan manusia, namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan hasil yang berbeda. Lembaga riset The Upwork Research Institute merilis studi pada Rabu (24/7/2024) yang menunjukkan bahwa AI malah dapat menghambat produktivitas kerja karyawan.
Penelitian ini melibatkan wawancara dengan 2.500 orang, termasuk eksekutif level-C perusahaan global, karyawan tetap, dan pekerja lepas (freelance) di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia. Meski 96 persen eksekutif perusahaan berharap AI dapat meningkatkan produktivitas, 77 persen karyawan yang menggunakan AI dalam studi ini merasa bahwa AI justru menambah beban kerja mereka. Mereka juga melaporkan bahwa AI menciptakan tantangan tambahan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan dapat menyebabkan stres.
Hasil studi juga menunjukkan bahwa hampir separuh karyawan yang menggunakan AI (47 persen) tidak mengetahui cara memanfaatkan teknologi tersebut untuk meningkatkan produktivitas sesuai harapan eksekutif. Selain itu, 40 persen karyawan merasa perusahaan terlalu menuntut sejak menggunakan AI, dengan satu dari tiga karyawan menyatakan kemungkinan untuk resign dalam enam bulan ke depan karena kelelahan.
Dari sisi eksekutif, mayoritas (81 persen) mengakui telah meningkatkan tuntutan kerja karyawan dalam setahun terakhir. Akibatnya, 71 persen karyawan, terutama karyawan tetap, mengalami stres, dan 65 persen merasa kesulitan memenuhi tuntutan perusahaan terkait produktivitas.
Berbeda dengan karyawan tetap, pekerja freelance justru menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam memenuhi, bahkan melampaui, tuntutan eksekutif. Sebanyak 80 persen eksekutif menganggap penggunaan pekerja freelance penting bagi bisnis mereka, dan 38 persen eksekutif yang belum memanfaatkan freelancer berencana untuk merekrut pekerja paruh waktu di tahun mendatang.
Kelly Monahan, Managing Director dan Head of The Upwork Research Institute, menjelaskan, “Penelitian kami menunjukkan bahwa memperkenalkan teknologi baru ke model dan sistem kerja yang sudah kuno, gagal mencapai nilai produktivitas AI yang diharapkan,”
Monahan menambahkan bahwa meskipun AI memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan, perusahaan perlu mengelola bakat dan pekerjaan dengan lebih baik. Hal ini termasuk menciptakan model kerja yang lebih terintegrasi dengan AI, memanfaatkan SDM alternatif, serta merundingkan parameter produktivitas bersama karyawan.
Monahan juga menyarankan agar perusahaan melibatkan pakar luar untuk membantu proyek AI dan mendorong karyawan untuk lebih terlibat dengan AI melalui pelatihan dan konsultasi dengan pakar. Karyawan disarankan untuk mengikuti program pelatihan AI dan berkonsultasi dengan ahli untuk memanfaatkan AI secara optimal. (red)