Petani Kalijaran Cilacap Tak Lagi Kesulitan Air Berkat PLTS untuk Pompa Irigasi

Aksaratimes.com I 2 Agustus 2024 Jakarta – Di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pemanfaatan energi surya sebagai energi baru terbarukan (EBT) telah membawa perubahan signifikan bagi para petani. Dengan adanya Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) yang mulai beroperasi pada November 2023, petani di desa ini kini tidak lagi mengalami kesulitan dalam mengakses air untuk irigasi pertanian. Kalijaran, yang termasuk dalam 72 desa miskin di Cilacap, memiliki luas persawahan sekitar 186 hektar. Desa ini adalah bagian penting dari Kecamatan Maos yang dikenal sebagai lumbung pangan di Cilacap.

PLTS di Kalijaran dibangun melalui kolaborasi antara PT Pertamina (Persero) dan Subholding Power & Renewable Energy (PNRE) dalam rangka Program Desa Energi Berdikari Kalijaran. Sebelum adanya PLTS, petani mengalami kesulitan dalam pengembangan pertanian karena jarak yang jauh untuk mendapatkan akses irigasi. Masalah ini diperburuk dengan adanya hama tikus akibat pola waktu tanam yang tidak sesuai dan penurunan kesuburan lahan karena penggunaan pupuk kimia berlebihan.

Dengan adanya sistem pengairan yang diperbaiki dan pemanfaatan tenaga surya untuk memompa air, diharapkan siklus panen dapat meningkat dari dua kali menjadi tiga kali dalam setahun. Pada 2024, diharapkan produksi padi dapat meningkat dua kali lipat. Selain untuk irigasi, teknologi Solar Home System (SHS) juga digunakan untuk pengembangan pupuk organik, yang berdampak positif pada peningkatan hasil pertanian holtikultura, padi, perikanan, dan perbaikan lahan dengan pupuk organik.

Read More

Prayitno, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Sugih Desa Kalijaran, menyatakan bahwa total energi bersih yang dihasilkan mencapai 10.750 wattpeak (wp) dari PLTS, yang menjangkau 21 hektar lahan sawah dan 90 penerima manfaat. Debit air untuk pengairan mencapai hingga 117.600 liter per hari, mengurangi ketergantungan pada musim. Dengan meningkatnya siklus panen, penghematan biaya irigasi per hektar berkurang dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 1 juta, dan produksi pertanian naik dari 12 ton menjadi 16 ton per hektar setiap tahun. “Peningkatan pendapatan petani sebesar 50 persen. Sebanyak 10 orang anggota Gapoktan sudah memiliki kemampuan untuk pemeliharaan teknologi SHS. Bahkan, kehadiran program ini meningkatkan kesadaran warga untuk melakukan praktik yang ramah lingkungan yang dibuktikan dengan adanya Surat Desa Kalijaran No. 242/IX/2023 yang menghimbau warga tidak membakar jerami di sawah,” tambah Prayitno.

Program ini juga meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan warga, terbukti dengan adanya Surat Desa Kalijaran No. 242/IX/2023 yang mengimbau agar warga tidak membakar jerami di sawah. Program ini diresmikan oleh Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Adityawarman, yang menyatakan bahwa Pertamina ingin mendukung kemandirian ekonomi masyarakat Kalijaran melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT KPI Unit Cilacap. Selain itu, KPI Unit Cilacap juga memberikan dukungan senilai lebih dari Rp 270 juta untuk program “Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan” (MAPAN).

VP CSR & SMEPP Management Pertamina, Fajriyah Usman, menambahkan bahwa Desa Energi Berdikari adalah program unggulan TJSL Pertamina yang berfokus pada pengembangan ekonomi berbasis EBT. Program ini tidak hanya menyediakan listrik tetapi juga mendorong aktivitas masyarakat, seperti wisata, pertanian, dan industri rumah tangga. Program Desa Energi Berdikari Kalijaran adalah yang ke-76 yang dibentuk Pertamina, dan perusahaan berencana untuk melipatgandakan jumlah desa energi berdikari tahun depan. Hingga saat ini, program ini telah memberikan manfaat kepada 4.113 kepala keluarga dengan total efek berganda sebesar Rp 1,93 miliar per tahun, serta mengurangi emisi karbon sebanyak 714.859 ton CO2 eq/tahun. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *