Risiko perkembangan Kecerdasan Buatan (AI): Apakah Kita Manusia di Ambang Kehancuran?

Aksaratimes.com I 7 Januari 2024 Jakarta – Perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka seperti OpenAI dan Google tengah berlomba-lomba mengembangkan kecerdasan buatan (AI) yang semakin canggih dan pintar. Namun, sisi lain dari perkembangan ini mengundang kekhawatiran dari kalangan ilmuwan tentang potensi dampak merugikan terhadap umat manusia.

Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dari AI Impacts Berkeley dan Universitas Oxford mengungkapkan kekhawatiran ini. Survei tersebut melibatkan 2.778 ilmuwan yang telah menerbitkan studi peer-reviewed tentang AI.

Menurut hasil survei, ilmuwan memperkirakan bahwa kemajuan kecerdasan buatan akan mengalami pertumbuhan pesat dalam waktu dekat. Diprediksi bahwa AI akan memiliki kemampuan untuk menulis lagu pop Top 40 dan menulis buku terlaris versi New York Times sebelum tahun 2030.

Read More

Selain itu, para ilmuwan juga memperkirakan bahwa AI akan mampu merakit LEGO, menerjemahkan bahasa baru, dan mengembangkan video game sebelum tahun 2033. Proyeksi mencapai tahun 2063 bahkan menyatakan bahwa AI berpotensi mengambil alih pekerjaan dokter bedah atau bahkan peneliti AI.

Meskipun sekitar 68% dari seluruh peneliti AI yang disurvei berpendapat bahwa manfaat dari kemajuan AI kemungkinan besar akan lebih besar daripada potensi bahayanya, setengah dari kelompok peneliti yang optimis ini mengakui adanya risiko bahwa AI dapat menyebabkan kepunahan manusia.

Menurut survei, sekitar 5% ilmuwan berpendapat bahwa ada kemungkinan manusia tidak dapat mengontrol AI yang semakin pintar, yang pada akhirnya dapat berujung pada kepunahan manusia. Beberapa bahkan menilai risiko ini mencapai 10%.

“Meskipun prediksi para ahli AI tidak dapat dianggap sebagai panduan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan kebenaran yang objektif, namun dapat memberikan kontribusi sebagai satu bagian dari puzzle yang penting,” ungkap para peneliti, sebagaimana dikutip dari Gizmodo pada Sabtu (6/1/2024).

Selain itu, lebih dari 80% peneliti AI menyatakan kekhawatiran yang bersifat ‘ekstrem’ dan ‘substansial’ terkait AI sebagai alat bantu penyebaran misinformasi. Mereka juga prihatin bahwa pemerintah otoriter dapat memanfaatkan AI untuk mengendalikan rakyatnya.

Kecemasan semakin meningkat terhadap potensi AI yang semakin canggih dapat memperburuk kesenjangan ekonomi, digunakan oleh kelompok tertentu untuk menciptakan senjata berbahaya, seperti virus atau senjata biologis, serta memanipulasi opini publik. (red)