Senat AS Mengesahkan Bantuan Luar Negeri Rp1.487 T untuk Israel, Ukraina dan Taiwan, ditengah Kondisi Perang, Agresi Israel dan Ketegangan Geopolitik

Aksaratimes.com I 14 Februari 2024 Jakarta – Senat Amerika Serikat (AS) telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) bantuan luar negeri senilai US$95 miliar pada Selasa (13/2). RUU tersebut mencakup bantuan untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan dengan total setara Rp1.487 triliun (kurs Rp15.657).

Partai Demokrat yang memimpin Senat AS menjadi pihak yang meloloskan RUU tersebut. Bantuan yang disetujui mencakup US$60 miliar untuk mendukung Ukraina dalam pertarungan melawan Rusia, US$14,1 miliar untuk bantuan keamanan bagi Israel, US$9,2 miliar untuk bantuan kemanusiaan, dan US$4,8 miliar untuk mendukung mitra regional di kawasan Indo-Pasifik.

Meskipun telah disahkan oleh Senat, belum pasti apakah RUU ini akan diloloskan oleh parlemen yang dikuasai oleh Partai Republik. Ketua Parlemen Mike Johnson bahkan mengkritik RUU tersebut dan berkeinginan untuk menghentikan bantuan ke Ukraina. Presiden Joe Biden meminta agar parlemen dari Partai Republik melakukan pemungutan suara terkait RUU ini. Ia menegaskan bahwa “minoritas suara yang paling ekstrem di DPR” tidak boleh menghalangi pengesahan RUU tersebut.

Read More

Belum jelas apakah Mike Johnson akan mengadakan pemungutan suara mengenai hal tersebut, mengingat banyaknya anggota parlemen dari Partai Republik yang menentang bantuan lebih lanjut untuk Ukraina. Mantan Presiden AS, Donald Trump, memberikan isyarat penolakan terhadap RUU ini. Ia berpendapat bahwa AS seharusnya berhenti memberikan bantuan luar negeri, kecuali dalam bentuk pinjaman. Trump juga memperingatkan bahwa jika tindakan tidak diambil, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan terbatas pada Ukraina saja, dan kerugian bagi Amerika serta sekutu akan meningkat.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyampaikan rasa terima kasih kepada Senat AS atas pengesahan RUU tersebut. Menurutnya, bantuan lanjutan dari AS membantu menyelamatkan nyawa warga Ukraina dari ancaman Rusia, serta menandakan kelanjutan kehidupan di kota-kota mereka dan kemenangan atas perang. (red)