Tentara Israel Pakai Emblem “Greater Israel” Sebagai Penegasan Rencana Perluasan Agresi ke Negara-Negara Arab?

Aksaratimes.com I 21 Juni 2024 Jakarta – Tentara Israel menuai kecaman setelah sebuah unggahan foto viral menunjukkan mereka menggunakan emblem “Greater Israel”, yang mencakup wilayah yang lebih luas daripada batas-batas negara Israel saat ini, termasuk wilayah Palestina dan sebagian Arab Saudi. Unggahan ini diposting oleh akun X @suppressednws di Twitter pada Selasa (18/6/2024), dan segera menyebar luas di media sosial.

Dalam foto yang diunggah, emblem Greater Israel terlihat menggambarkan peta yang mencakup seluruh wilayah Lebanon, Yordania, dan Palestina, serta sebagian Suriah, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Mesir. Bahkan, sebagian kecil wilayah Turki bagian selatan juga termasuk dalam wilayah yang digambarkan sebagai Greater Israel.

Unggahan ini mencatat lebih dari 583.000 kali tayang dan mendapatkan lebih dari 1.000 like hingga Kamis (18/6/2024), namun juga memicu kemarahan dari sejumlah warganet yang mengecam Israel atas tindakannya. Salah satu komentar dari warganet menuliskan, “Agak ngeri. Setop mengambil tanah lain, bung,”

Read More

Konsep Greater Israel sendiri mengacu pada interpretasi khusus dari ideologi Zionis, yang meyakini bahwa terdapat “tanah yang dijanjikan” dalam Alkitab yang meliputi wilayah dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Irak, dan dari Sungai Litani di Lebanon hingga Madinah di Arab Saudi. Interpretasi ini telah menjadi sumber kontroversi sejak pendirian Israel pada tahun 1948, dengan banyak pihak yang menganggapnya sebagai pembenaran untuk perluasan wilayah tanpa memperhatikan kedaulatan negara-negara tetangga.

Sejumlah kritikus mengutuk konsep Greater Israel sebagai upaya Israel untuk memperluas perbatasan mereka dengan melanggar kedaulatan negara-negara di sekitarnya. Konsep ini juga dianggap mencerminkan ambisi jangka panjang dari sayap kanan politik Israel yang mendukung ekspansi wilayah mereka.

Politisi Israel, Avi Lipkin, dalam pernyataannya yang dilaporkan oleh TrtWorld pada Rabu (19/6/2024), menyatakan, “Pada akhirnya perbatasan kami akan membentang dari Lebanon, gurun pasir yang luas yaitu Arab Saudi dan kemudian dari Mediterania ke Eufrat,”

Polemik seputar Greater Israel terus memanaskan perdebatan internasional mengenai konflik Israel-Palestina dan implikasinya terhadap stabilitas di Timur Tengah.

Sementara itu, Israel berencana untuk melancarkan serangan di Lebanon, yang memicu kekhawatiran akan meluasnya konflik di kawasan Gaza. Hizbullah, sebagai respons, mengancam untuk menyerang Israel jika rencana tersebut dilaksanakan.

Pada Selasa (18/6/2024), Militer Israel mengumumkan persetujuan dan validasi untuk rencana operasional untuk serangan di Lebanon. Langkah ini diikuti dengan serangan oleh pesawat tempur Israel pada tempat-tempat yang diduga sebagai posisi Hizbullah di Lebanon selatan pada Rabu (19/6/2024). Sebuah drone juga dilaporkan telah mengincar pasukan Israel di dekat perbatasan kota Metula, dalam serangan yang diakui oleh Hizbullah.

Sebagai tanggapan terhadap serangan tersebut, Hizbullah mengumumkan kematian empat anggotanya. Media Lebanon, National News Agency, melaporkan bahwa serangan Israel terjadi di beberapa wilayah di Lebanon selatan, termasuk desa perbatasan Khiam yang terlihat diguyur asap besar.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menegaskan bahwa tidak ada wilayah di Israel yang akan terhindar dari serangan roket mereka. Ancamannya juga meluas ke Siprus, negara terdekat, dengan ancaman bahwa jika Siprus membuka pangkalan untuk Israel untuk menyerang Lebanon, maka Siprus akan menjadi target Hizbullah.

Presiden Siprus, Nikos Christodoulides, menyangkal keterlibatan negaranya dalam konflik tersebut dan menegaskan bahwa Siprus berperan sebagai bagian dari solusi kemanusiaan di Gaza, diakui oleh komunitas internasional.

Eskalasi konflik ini memperparah situasi di Timur Tengah, dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia bersiap untuk mengambil langkah-langkah evakuasi bagi Warga Negara Indonesia (WNI) di Lebanon. Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, menjelaskan bahwa situasi di Timur Tengah sedang dipantau dengan cermat, dengan perwakilan Indonesia di wilayah tersebut terus memantau dan melakukan koordinasi.

Kemlu juga telah menetapkan beberapa zona siaga di Lebanon, dengan evakuasi terbatas yang dilakukan sebelumnya dan siap untuk diperluas jika situasi memburuk dan mengancam keselamatan WNI. (red)