Dekati Level Genosida, Perang Saudara di Sudan digambarkan sebagai pembersihan etnis!

Aksaratimes.com I 13 Juni 2024 Jakarta – Situasi di Sudan semakin mendekati level genosida, demikian yang dinyatakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan organisasi kemanusiaan internasional dalam pernyataan terbaru mereka. Konflik internal telah mengancam jutaan nyawa di negara tersebut, terutama di wilayah Darfur, yang digambarkan sebagai pembersihan etnis oleh utusan khusus PBB, Alice Nderitu.

Dokter Lintas Batas (MSF) melaporkan adanya pertumpahan darah yang mengakibatkan 145 kematian dan 700 luka-luka sejak 10 Mei lalu. Tindakan kekerasan terutama terjadi di Al Fashir, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, di mana jutaan warga mencari perlindungan dari konflik antara militer Sudan (SAF) dan Rapid Support Forces (RSF) di bawah pimpinan Mohamed Hamdan Daglo alias Hemeti.

Marina Peter dari Forum Sudan dan Sudan Selatan menggambarkan situasi di Al Fashir sebagai krisis kelaparan yang mendesak, dengan harga bahan pangan melonjak dan akses bantuan kemanusiaan terhalang oleh risiko serangan bersenjata. Milisi RSF diketahui menggunakan taktik brutal untuk memaksa warga sipil bergabung atau menghadapi konsekuensi yang mengerikan.

Read More

International Crisis Group (ICG) memperingatkan bahwa aliansi antara SAF dan RSF semakin rentan, memungkinkan eskalasi konflik yang lebih dahsyat dan mengancam kesatuan Sudan secara politis. Intervensi asing dari negara-negara seperti Iran, Mesir, dan Arab Saudi hanya memperburuk keadaan dengan menyuplai senjata dan mendukung pihak-pihak dalam konflik, tanpa memperhatikan dampak terhadap perdamaian jangka panjang di Sudan.

Analisis terbaru juga menunjukkan upaya Rusia untuk memperluas pengaruhnya di Sudan melalui pembangunan pangkalan angkatan laut di Port Sudan, menggarisbawahi pentingnya Sudan sebagai pintu gerbang menuju Laut Merah dan Afrika. Keberadaan aktor-aktor internasional ini cenderung mengaburkan upaya-upaya perdamaian lokal dan meningkatkan ketidakstabilan yang semakin sulit dikendalikan.

Krisis di Sudan tidak hanya berdampak pada kemanusiaan, tetapi juga menjadi medan persaingan kepentingan internasional yang bisa memperburuk situasi secara keseluruhan. (red)