Pariwisata Bukan Kebutuhan Pokok Masyarakat,ketua DPC LSM Ijs BojonegoroTanggapi Tindakan Pemkab

Bojonegoro -(Aksaratimes.com)
Pasca reopening, beberapa tempat wisata di Kabupaten Bojonegoro mulai dipadati para pengunjung atau wisatawan. Salah satunya adalah objek wisata Dander Water Park di Desa Dander Kecamatan Dander Bojonegoro, yang pada hari Rabu (19/08/2020), para pengunjung tampak berdatangan di objek wisata tersebut.

Diberitakan bahwa dalam acara reopening wisata di Bojonegoro (15/8/2020) Bupati Anna Muawwanah menjelaskan saat ini Pemkab Bojonegoro sedang mempercepat kenormalan baru di sektor pariwisata guna memulihkan kembali ekonomi masyarakat dari pegiat seni budaya maupun pelaku usaha pariwisata. Pasalnya, dalam kurun waktu hampir lima bulan, mereka mengalami keterpurukan sehingga sulit untuk bertahan di tengah pandemi.

Namun pernyataan tersebut mendapat tanggapan dari ketua Indonesian Justice Society (IJS) Bojonegoro Achmad Imam Fatoni rabu (19/8/2020) “Pariwisata sebenarnya hanya memberi pemasukan yang tak begitu banyak untuk APBN. Hanya saja seolah banyak sekali membuka lapangan kerja bagi wilayah sekitar. Namun faktanya tak demikian. Tak semua masyarakat di daerah wisata memiliki kesempatan untuk bekerja di tempat tersebut. Kebanyakan tempat wisata telah “diborong” atau dimiliki secara individu oleh para pengusaha baik lokal ataupun asing.

Read More

Fatoni mempertegas bahwa alasan membuka pariwisata untuk memeperbaiki ekonomi merupakan tindakan terburu-buru. “Alasan bupati membuka pariwisata di masa pandemi dalam rangka memperbaiki bidang ekonomi itu kurang tepat seolah terburu-buru. Dan hal tersebut tak dapat dibenarkan karena akan sangat kesulitan memberlakukan sosial distance di tempat wisata dimana banyak orang berkumpul demi mengejar kesenangan.

“Pariwisata sebenarnya bukanlah kebutuhan pokok. Bahkan tak lebih penting dari masalah pendidikan yang seharusnya lebih diutamakan. Hanya karena faktor penyokong ekonomilah pemerintah membuka sektor pariwisata di tengah pendemi. Miris ini namanya!” tegas Fatoni.

Fatoni juga menyampaikan bahwa menurut Bappeda ada sekitar 50% pertumbuhan ekonomi lokal Bojonegoro didorong oleh sektor Migas, sekalipun pertumbuhan ekonomi migas belum optimal dinikmati oleh masyarakat Bojonegoro. Pasalnya sektor ini hanya menyerap 4,6% tenaga kerja lokal di tahun 2018 dan ditahun 2019 melambat, ini yang seharusnya diperbaiki, bukan pariwisata dulu kalau bicara ekonomi”

Fatoni juga menyarankan untuk memperbaiki sektor pendidikan di sekolah swasta karena diketahui bahwa guru honorer yang paling kena dampak pandemi.

Fatoni menjelaskan, guru honorer di swasta lebih terdampak akan hal ini. Misalnya saja dengan diberlakukannya pembelajaran jarak jauh, para orangtua siswa sekolah swasta utamanya menengah ke bawah banyak yang menolak membayar iuran.

“Ketika bayar iuran sekolah tidak mau bagaimana membayar guru? Kan pilihannya dari BOS, sementara BOS-nya ada yang tidak seluruhnya diberikan, ada yang dipotong. Berarti mereka kan belum tentu bisa mendapatkan,” ungkapnya.

Kalau dari BOS, lanjut fatoni, mereka tidak mendapatkan, sementara tunjangan profesi guru juga dipotong anggarannya, berarti ada banyak yang tidak mendapatkan.

“Ketika tidak mendapatkan, terus mereka nafkahnya dari mana?” 

Sempat diketahui sebelumnya uji coba pembelajaran tatap muka terbatas dimulai selasa 18/8/2020 dan berakhir dua minggu kedepan. (Ulum)