Kediri , Aksaratimes. 7 Desember 2020
Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar meresmikan Rumah Aman Rodhiyah pada tahun 2019. Hal ini merupakan dukungan Wali Kota terhadap inisiatif para relawan berbagai profesi untuk memberi tempat yang aman bagi korban kekerasan seksual khususnya anak perempuan di Kota Kediri khususnya, dan wilayah Kediri Raya pada umumnya.
“Pada saat peresmian yayasan kami, Pak Wali datang dan membantu semuanya untuk acara itu,” kata Rondhiyah, pendiri Rumah Aman Rodhiyah, Senin (7/12).
Ia dan beberapa relawan mulai bergerak sejak tahun 2014. Pada saat itu, korban kekerasan seksual terhadap anak di Kota Kediri semakin banyak sementara belum ada fasilitas yang bisa menampungnya. Apalagi, pekerjaan ini membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
“Tak hanya kepada korban, tapi pendekatan kami pada keluarga korban juga,” kata Vivi Rosdiana, psikolog.
Pada prinsipnya, layanan Rumah Aman Rodhiyah berupa pendampingan pada para korban sampai ke pengadilan. Selain itu juga memastikan bahwa korban mendapatkan tempat yang aman dan nyaman dan tidak dikeluarkan dari sekolah meski dalam kondisi hamil. Juga keluarga korban bisa menerima bagaimana pun kondisi korban.
Di yayasan ini terdapat psikolog, terapis, pengacara, dan juga para relawan yang bekerja tak dibayar untuk membantu para korban. Mereka mengeluarkan dana dari uang pribadi untuk membiayai biaya operasionalnya. Para relawan ini juga mencari akses bantuan untuk para korban ke Kemensos misalnya bantuan biaya pendidikan.
“Sementara ini, kami baru bisa menampung anak perempuan saja karena keterbatasan ruang yang tersedia,” tambah Rondhiyah. Rumahnya yang dijadikan tempat menginap bisa menampung maksimal 5 anak. Namun untuk layanan, para relawan kerap mendatangi rumah ke rumah hingga korban bisa mandiri.
“Tidak ada batas waktu. Masing-masing korban kan memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk pemilihan dari trauma,” tambah Vivi.
Biasanya, relawan mendampingi hingga proses melahirkan jika korban sampai hamil. Kemudian bayi korban ada yang diambil keluarganya, ada pula yang diserahkan ke panti asuhan di Jombang.
“Impian saya, punya ruang yang bisa menampung bayi juga. Alangkah bahagianya ketika bisa melihat ibu dan bayinya bisa bersama,” kata Rondhiyah.
Selain melayani korban kekerasan seksual anak juga anak jalanan yang terancam, juga melayani konseling rumah tangga secara gratis. Pasien yang datang kebanyakan perempuan yang mengalami KDRT dan PSK. Sejauh ini, lebih dari 20 orang perempuan dampingan yang sudah mandiri.
Setelah konseling, yayasan juga mendampingi untuk mendapatkan pelatihan dan juga dana dari Kemensos. Hasilnya, beberapa perempuan dampingan sudah bisa mendiri secara ekonomi, memiliki usaha katering dan salon.(red Kris)