Sejarah Kelam Dunia Kesehatan: Skandal Transfusi Darah yang jadi Pemicu Puluhan Ribu Warga Kena HIV-Hepatitis di Inggris

Aksaratimes.com I 23 Mei 2024 Jakarta – Skandal transfusi darah di Inggris memicu puluhan ribu warga tertular HIV dan hepatitis, berdasarkan laporan yang dirilis dalam proses investigasi pada Senin (21/5/2024). Insiden ini diduga terjadi akibat transfusi darah dan produk darah yang tercemar selama tahun 1970 hingga 1980-an.

Skandal ini dianggap sebagai yang paling mematikan dalam sejarah Layanan Kesehatan Nasional Inggris (National Health Service) sejak didirikan pada 1948. Sekitar 3.000 orang diperkirakan meninggal akibat terinfeksi HIV dan hepatitis.

Laporan tersebut mengkritik praktisi medis, pegawai negeri, dan politisi, meskipun banyak dari mereka sudah meninggal. Besarnya skandal ini mungkin akan tetap tersembunyi jika bukan karena upaya tanpa kenal lelah dari para aktivis, yang menyaksikan orang-orang tercinta meninggal dalam waktu terlalu cepat.

Read More

“Skandal ini telah menyelimuti seluruh hidup saya,” kata Jason Evans, yang berusia 4 tahun ketika ayahnya meninggal pada usia 31 tahun pada tahun 1993 setelah tertular HIV dan hepatitis dari produk plasma darah yang terinfeksi. “Ayah saya tahu dia sedang sekarat dan dia mengambil banyak video rumahan, yang saya dapatkan dan putar ulang berulang kali saat saya tumbuh dewasa karena hanya itulah yang saya miliki,” tambahnya, dikutip dari APNews.

Evans memainkan peran penting dalam keputusan Perdana Menteri Theresa May untuk melakukan penyelidikan pada 2017. Dia mengatakan tidak bisa membiarkannya begitu saja. Harapannya adalah pada hari Senin, dia dan banyak orang lain bisa mendapatkan keadilan.

Awal Mula Skandal Terungkap

Pada tahun 1970-an dan 1980-an, ribuan orang yang memerlukan transfusi darah, misalnya setelah melahirkan atau menjalani operasi, terpapar darah yang tercemar hepatitis, termasuk hepatitis C yang saat itu belum diketahui, dan HIV. Mereka yang mengidap hemofilia, kondisi yang mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku, terpapar pada pengobatan baru revolusioner yang berasal dari plasma darah.

Di Inggris, sebagian besar orang mulai menggunakan pengobatan baru ini pada awal 1970-an yang disebut Faktor VIII. Obat ini lebih nyaman dibandingkan dengan pengobatan alternatif dan dijuluki sebagai obat ajaib. Permintaan yang tinggi melebihi pasokan dalam negeri, sehingga pejabat kesehatan mulai mengimpor Faktor VIII dari Amerika Serikat, di mana sebagian besar sumbangan plasma berasal dari narapidana dan pengguna narkoba yang dibayar untuk mendonorkan darahnya. Hal ini secara dramatis meningkatkan risiko kontaminasi plasma.

Faktor VIII dibuat dengan mencampurkan plasma dari ribuan donasi, sehingga satu donor yang terinfeksi dapat membahayakan seluruh kelompok. Penyelidikan memperkirakan bahwa lebih dari 30.000 orang terinfeksi dari darah atau produk darah yang dikompromikan melalui transfusi atau Faktor VIII.

Pada pertengahan tahun 1970-an, bukti mulai muncul bahwa pengidap hemofilia yang diobati dengan Faktor VIII lebih rentan terhadap hepatitis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan pada tahun 1953 tentang risiko hepatitis terkait pengumpulan produk plasma secara massal dan mendesak negara-negara untuk tidak mengimpor plasma.

AIDS pertama kali diketahui pada awal 1980-an di kalangan laki-laki gay tetapi kemudian muncul di kalangan pengidap hemofilia dan penerima transfusi darah. Meskipun HIV belum diidentifikasi sebagai penyebab AIDS sampai tahun 1983, peringatan telah disampaikan kepada pemerintah Inggris setahun sebelumnya bahwa penyebabnya dapat ditularkan melalui produk darah. Pemerintah berpendapat tidak ada bukti yang meyakinkan, sehingga pasien tidak diberitahu tentang risikonya dan terus menggunakan pengobatan yang membahayakan mereka.

Tuntutan Kompensasi dan Respons Pemerintah

Pada akhir tahun 1980-an, korban dan keluarga mereka mulai meminta kompensasi atas dasar kelalaian medis. Pemerintah mendirikan sebuah badan amal untuk memberikan pembayaran bantuan satu kali kepada mereka yang terinfeksi HIV pada awal 1990-an, tetapi tidak mengakui kewajiban atau tanggung jawab, dan para korban ditekan untuk menandatangani surat pernyataan pelepasan agar tidak menuntut Departemen Kesehatan untuk mendapatkan bantuan uang.

Pemerintah telah menerima tuntutan kompensasi tersebut, dengan perkiraan biaya akhir mencapai 10 miliar pound (sekitar $12,7 miliar). Pada Oktober 2022, pihak berwenang memberikan pembayaran sementara sebesar 100.000 pound kepada setiap orang yang selamat dan pasangan yang berduka.

Pemerintah diharapkan mengumumkan pembayaran yang berbeda untuk berbagai infeksi dan membahas bagaimana dan kapan keluarga yang berduka dapat mengajukan pembayaran sementara atas nama harta warisan orang yang telah meninggal. (red)