Singapura Menggagas Solusi Ekonomi Berkelanjutan dengan Hidroponik, Aeroponik, dan Panel Tenaga Surya

Aksaratimes.com I 11 Juni 2024 Jakarta – Singapura, salah satu negara maju di Asia Tenggara, telah menjadi teladan dalam pengembangan ekonomi hijau dan berkelanjutan. Dengan luas hanya 734,3 km², negara ini memanfaatkan kreativitasnya secara mandiri dalam mengelola lingkungan dengan berkelanjutan.

Melalui program Jurnalis Visit Program (JVP) yang diselenggarakan oleh Singapore International Foundation (SIF) pada 3-6 Juni 2024, yang diliput oleh JawaPos.com berhasil melihat upaya Singapura dalam mendukung pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan tersebut.

Koordinator Program City Sprouts, Justiin Easwaraan, menjelaskan bahwa Singapura sangat memanfaatkan metode hidroponik dan aeroponik dalam penanaman tanaman. Langkah ini diambil mengingat keterbatasan lahan yang dimiliki negara tersebut.

Read More

“Adanya lahan hidroponik dan aeroponik yang dikembangkang oleh negara Singapura menjadikan hal tersebut jadi salah satu hal terbaik,” ungkap Justiin saat memperkenalkan sejumlah tanaman di City Sprouts, Singapura, pada Senin (3/6). Selama acara tersebut, Justiin juga memperlihatkan berbagai jenis tanaman kepada peserta JVP dari berbagai negara di ASEAN, termasuk Indonesia, Malaysia, Laos, Filipina, dan Vietnam. Para peserta tampak sangat antusias melihat beragam tumbuhan yang dikelola di City Sprouts.

Justiin menjelaskan bahwa penggunaan metode hidroponik dan aeroponik tidak hanya bertujuan untuk memanfaatkan lahan secara maksimal, tetapi juga untuk mengurangi ketergantungan Singapura pada impor pangan.

“Hal ini juga sebagai langkah baik pemerintah untuk dapat bergerak mandiri tanpa mengandalkan impor, karena saat permintaan impor hilang, maka sebagian besat pertanian tetap dapat melalukan semua produksi dengan baik,” kata Justiin.

Selain penanaman menggunakan hidroponik dan aeroponik, City Sprouts juga mengembangkan budidaya ikan Tilapia melalui metode akuaponik. Justiin menjelaskan bahwa metode ini efektif karena dapat menghemat lahan serta meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dari sisa pakan ikan dan metabolisme tanaman.

“Ikan Tilapia ini selain makannya banyak, ia juga akan mengeluarkan kotoran yang banyak, pada kotorannya ini terdapat amonia yang nantinya kotoran ini digunakan untuk pupuk,” jelas Justiin. Tidak hanya itu, Singapura juga mengadopsi teknologi panel surya pada berbagai gedung pencakar langit. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak pemanasan global. Esther An, Chief Sustainability Officer City Developments Limited, menjelaskan bahwa penggunaan panel surya merupakan langkah penting dalam mengatasi masalah pemanasan global.

“Menurut saya di Asia, kita memulainya sedikit lebih lambat, namun kita berhasil mengejar ketertinggalannya,” kata Esther di Singapura, pada Rabu (5/6). Esther menekankan bahwa panel surya memiliki peran vital dalam menekan dampak pemanasan global, terutama di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrim. Dengan demikian, penggunaan energi terbarukan menjadi krusial dalam upaya menjaga keseimbangan lingkungan.

Selain menghadapi tantangan lingkungan, Singapura juga perlu menghadapi krisis demografi akibat populasi yang menua. Menurut Menteri Pembangunan Nasional dan Penanggung Jawab Integrasi Layanan Sosial Singapura, Desmond Lee, perubahan iklim dan populasi yang menua akan menjadi masalah besar bagi kota-kota di masa depan.

Lee menekankan perlunya infrastruktur yang tangguh untuk mengatasi banjir dan cuaca ekstrem. Singapura, sebagai negara kepulauan kecil, rentan terhadap kenaikan permukaan laut dan perubahan iklim. Oleh karena itu, upaya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan menjadi prioritas utama bagi negara ini.

Dengan langkah-langkah inovatif dalam penggunaan teknologi hijau, Singapura tidak hanya menghadapi tantangan lingkungan dengan lebih baik, tetapi juga menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam upaya menjaga keberlanjutan bumi. (red)