OPINI: Tingginya Kasus Pembunuhan di Indonesia akibat Dampak Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi ?

Aksaratimes.com I 25 Juli 2024 Jakarta – Faktor ekonomi menjadi pemicu utama kasus pembunuhan di beberapa provinsi di Indonesia. Utang, kebutuhan hidup, dan masalah finansial kecil sering kali memicu konflik yang berujung tragis.

Di Sumatera Utara, tingkat pembunuhan mencatatkan angka yang tinggi, khususnya di kawasan aglomerasi Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro). Daerah ini dikenal sebagai pusat industri dan perdagangan yang cukup maju, namun juga menyaksikan kasus pembunuhan yang sering terjadi. Ketimpangan ekonomi menjadi salah satu faktor yang diklaim memperburuk situasi keamanan di sana.

Kasus tragis terbaru melibatkan wartawan Sempurna Pasaribu (47) dan keluarganya, yang tewas dalam kebakaran rumah di Kabupaten Karo pada 27 Juni 2024. Diduga, pembunuhan tersebut terkait dengan pemberitaan Sempurna mengenai maraknya aktivitas rumah judi di daerah tersebut. Dua tersangka telah ditetapkan dalam kasus ini.

Read More

Muba Simanihuruk, Ketua Laboratorium Sosiologi Universitas Sumatera Utara, menjelaskan bahwa kejahatan di Sumut dipicu oleh peredaran gelap narkoba, ketidakpercayaan terhadap lembaga hukum, dan kesenjangan ekonomi yang nyata. Sumut dikenal sebagai pintu masuk utama penyelundupan narkoba dan memiliki jumlah pengguna narkoba tertinggi di Indonesia.

Pola serupa terlihat di Kalimantan Selatan (Kalsel), yang meskipun dikenal sebagai daerah agamis, juga mencatat tingkat kejahatan pembunuhan yang signifikan. Dimas Asto Aji An’amta, Dosen Program Studi Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat, menyoroti bahwa masyarakat Banjar cenderung berorientasi pada ekonomi dan status sosial, yang sering kali memunculkan konflik yang berujung pada kekerasan.

Abdani Solihin dari Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin menambahkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah dan ekonomi menengah ke bawah memainkan peran penting dalam terjadinya pembunuhan di Kalsel. Kehidupan ekonomi yang sulit mendorong individu untuk bertindak nekat demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Secara sosio-ekonomi, masyarakat di kedua provinsi ini sering mengalami tekanan finansial yang menyebabkan meningkatnya kasus pembunuhan. Korelasi positif antara kemiskinan dan tingkat kejahatan pembunuhan menjadi catatan serius bagi pemerintah dan penegak hukum untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh.

Faktor-faktor psikologis, sosial, dan budaya juga turut mempengaruhi kecenderungan individu untuk melakukan kekerasan, menurut Rakhmat Hidayat, seorang sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta. Budaya lokal yang terbiasa dengan kekerasan dapat memperkuat perilaku kriminal di masyarakat.

Permasalahan ini menunjukkan kompleksitas yang perlu penanganan serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga penegak hukum, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman dan berkeadilan bagi semua. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *