Transformasi Pembayaran Digital, Sudah Merata Kah? Disisi Lain, ATM mulai banyak di Tinggalkan karena ini

Aksaratimes.com I 10 Juli 2024 Jakarta – Sistem pembayaran QRIS telah dikembangkan sejak tahun 2019 dan secara resmi diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 17 Agustus 2019 setelah melalui serangkaian uji coba dan evaluasi. Mulai berlaku secara efektif pada 1 Januari 2020, QRIS akhirnya menjadi salah satu inovasi penting dalam transformasi digital sektor keuangan di Indonesia saat ini.

Sementara itu, Industri perbankan di Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam jumlah terminal ATM selama setahun terakhir, sejalan dengan adopsi yang semakin masif terhadap layanan perbankan digital. Menurut data Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah terminal ATM/CRM/CDM di bank umum mengalami penurunan dari 94.016 unit pada akhir 2022 menjadi 91.412 unit pada akhir 2023, menandai penurunan sebesar 2.604 unit.

Transaksi menggunakan kartu ATM juga mengalami penurunan yang signifikan, mencatat turunnya sebesar 7,33% secara tahunan pada Januari 2024, dengan nilai transaksi mencapai 583,02 juta transaksi. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan yang pesat dalam transaksi digital perbankan, yang mencapai nilai Rp5.335,33 triliun pada awal tahun 2024, tumbuh sebesar 17,19% dibandingkan tahun sebelumnya.

Read More

Pertumbuhan QRIS

Pada sektor QRIS, tercatat pertumbuhan yang signifikan dengan nilai transaksi meningkat 149,46% secara tahunan, mencapai Rp31,65 triliun. Jumlah pengguna QRIS mencapai 46,37 juta dan jumlah pedagang (merchant) mencapai 30,88 juta, dominan diisi oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menggarisbawahi bahwa kinerja ekonomi dan keuangan digital tetap kuat berkat sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Meskipun terjadi penurunan dalam transaksi ATM, beberapa bank masih melihat peran penting dari mesin ATM dalam layanan perbankan, seperti yang diungkapkan oleh Bank Central Asia (BCA).

Bank Rakyat Indonesia (BRI) memproyeksikan penurunan lebih lanjut dalam transaksi ATM pada tahun ini sebesar 10%, seiring dengan terus meningkatnya preferensi masyarakat terhadap transaksi digital melalui platform seperti BRImo. Tantangan ini mendorong bank-bank untuk terus menguatkan infrastruktur digital guna mendukung peralihan dari transaksi tunai ke nontunai di masa depan.

Dengan demikian, transformasi digital di sektor perbankan Indonesia, terutama melalui QRIS, terus menunjukkan perkembangan positif dalam menghadapi tren global menuju ekonomi digital yang lebih inklusif dan efisien.

Mengulik Perkembangan Penggunaan Smartphone di Indonesia

Penggunaan smartphone telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan akses internet lebih mudah dan terjangkau bagi masyarakat luas. Berikut adalah gambaran tentang perkembangan dan karakteristik pengguna smartphone di Indonesia dari data riset hingga tahun 2022.

Pada tahun 2011, teknologi smartphone modern yang didukung oleh Android dan iOS mulai dikenal di Indonesia. Sejak saat itu, penggunaan smartphone telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Secara global, jumlah pengguna smartphone mencapai 5,3 miliar pada Juli 2021, mencakup sekitar 67% dari total populasi dunia yang mencapai 7,9 miliar.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, hingga saat ini sekitar 167 juta penduduk Indonesia atau sekitar 89% dari total populasi telah menggunakan smartphone. Faktor ini dipengaruhi oleh biaya yang terjangkau untuk akses internet di Indonesia.

Data Terbaru tentang Penggunaan Smartphone

Awal tahun 2022, laporan dari Data Reportal mencatat bahwa jumlah perangkat seluler yang terkoneksi di Indonesia mencapai 370,1 juta, meningkat sebesar 3,6% dari tahun sebelumnya. Selain itu, pengguna internet di Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 204,7 juta pengguna pada awal tahun 2022, naik 1,03% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dalam lima tahun terakhir, terjadi lonjakan pengguna internet sebesar 54,25%, dari 132,7 juta pengguna pada tahun 2018 menjadi 204,7 juta pada tahun 2022.

Karakteristik Penggunaan Smartphone

1. Berdasarkan Daerah:

  • Pulau Jawa memiliki tingkat kepemilikan smartphone tertinggi di Indonesia, mencapai 86,60%. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur telekomunikasi yang baik dan ketersediaan perangkat smartphone yang terjangkau.
  • Di Sumatra, tingkat kepemilikan smartphone mencapai 84,14%, sementara di Kalimantan mencapai 43,82%.

2. Berdasarkan Kelompok Usia:

  • Kelompok usia 20-29 tahun merupakan pengguna smartphone terbanyak dengan persentase mencapai 75,95%.
  • Diikuti oleh kelompok usia 30-49 tahun dengan persentase 68,34%, sementara kelompok usia 50-79 tahun mencatatkan persentase penggunaan smartphone sebesar 50,79%.

3. Berdasarkan Jenis Kelamin:

  • Penggunaan smartphone lebih dominan di kalangan laki-laki dengan persentase 67,41%, sedangkan perempuan mencatatkan persentase 65,09%.

Preferensi Merek Smartphone

Oppo merupakan merek smartphone yang paling banyak digunakan dan dibeli oleh masyarakat Indonesia, dengan pangsa pasar mencapai 21,23%. International Data Corporation (IDC) mencatat bahwa Oppo mengirimkan sekitar 3,5 juta unit smartphone ke Indonesia pada tahun lalu.

Diikuti oleh Samsung dengan pangsa pasar 20,99% dan Xiaomi dengan 19,56%. Merek-merek lain yang populer di Indonesia termasuk Vivo, Apple, Infinix, dan Asus

Penggunaan smartphone di Indonesia terus meningkat dengan pesat, didorong oleh akses yang lebih mudah dan biaya yang terjangkau untuk internet. Perkembangan ini mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap teknologi digital yang semakin merata di seluruh negeri, meskipun masih terdapat perbedaan dalam tingkat adopsi antara daerah perkotaan dan pedesaan serta berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *